Proyek OPD di Bangli Mangkrak Diragukan Kualitas dan Lambat Penyelesaian

Jbm.co.id-BANGLI | Pengerjaan proyek fisik di Kabupaten Bangli tahun 2024 dikatakan amburadul, dikarenakan banyak proyek tak dapat diselesaikan pada deadline waktunya.
Tak hanya dari sisi kualitas juga diragukan. Bahkan, ada proyek perehaban Sekolah Dasar hanya 3 ruang kelas biayanya sangat besar, mencapai Rp. 400 juta lebih, sehingga mengundang pertanyaan warga. Namun, penyelesaian proyek justru molor.
Pekerjaan molor terlihat dengan jelas, pada proyek di sejumlah OPD, baik proyek di Dinas PUPR, Disdikpora, Dinas Budpar, Dinas Kesehatan, dan lainnya.
Sebelumnya diberitakan, proyek mangkrak terjadi pada pembangunan pendukung fasilitas rekreasi wisata di bibir Danau Batur, Kintamani, yang jatuh temponya 19 November 2024 hingga sampai bulan Desember 2024 baru usai dikerjakan 60 persen.
Hal tersebut diakui Kadis Budpar, Bangli, I Wayan Sugiarta, saat dikonfirmasi awak media, Kamis, 19 Desember 2024.

Bahkan, rekanan sepertinya meninggalkan pekerjaan tersebut. Tampak terpantau awak media, tak ada pelaksanaan pekerjaan di lapangan, Senin, 16 Desember 2024.
Demikian pula, saat dipantau oleh masyarakat setempat yang tidak mau disebut namanya oleh awak media, yang mempertanyakan kualitas proyek maupun konteks keterlambatan penyelesaiannya.
Tak kecuali proyek didekatnya, yakni pembuatan jembatan di sebelahnya dengan anggaran hampir Rp 4 milyar juga terancam molor bila dilihat dari sisa waktu yang ada.
Hingga saat ini, Kadisbudpar mengakui pihaknya bakal mengambil langkah terhadap molornya proyek tersebut, bahkan akan mengenai denda, mem-black list rekanan dan kalau saja harus memutus kontrak akan dilakukan.
Tak hanya itu, pihaknya tengah serius menghitung pekerjaan yang diselesaikan, agar tak sampai pihaknya kelebihan membayar pelaksana rekanan.
“Saya mesti telaten ngitung oknam, biar ngk kelebihan membayar,” terangnya, sembari mengatakan pihaknya akan segera menggelar rapat di internal atas peristiwa tersebut.
Mengenai molornya pembangunan ruang laboratorium dan perehaban SDN 6 Kelurahan Kawan Bangli, Kepala Sekolah, I Ketut Andi Rumandya tidak mau berkomentar, karena hal tersebut merupakan tanggung jawab rekanan.
Dari pantauan awak media, tampak lantai dua bangunan gedung laboratorium menumpuki atap bangunan gedung ruang kelas di sebelahnya, sehingga menyulitkan saat perubahan di kemudian hari. Hal tersebut, lanjutnya mencerminkan buruknya proyek itu dari sisi perencanaan.
Disisi lain, salah satu Guru Didik berinisial PG sempat mempertanyakan ke pekerja terkait keterlambatan pembayaran ongkos pekerja.
“Saya tanya ke pekerja, mengapa tidak kerja, itu dijawab pekerja dikatakan sudah lambat dibayar ongkos kerja mereka, makanya tidak melanjutkan pekerjaannya lagi, begitu jawaban tenaga kerja,” ungkapnya.
Soal tertindihnya atap bangunan oleh bangunan baru laboratorium, Kabid Dikdas, Disdikpora Bangli, Ida Bagus Made Maharta menyebutkan hal tersebut karena kesulitan lahan. Namun, Maharta tidak banyak mengomentari soal kemoloran penyelesaian dua proyek di SDN 6 Kawan, Bangli, termasuk molornya proyek di SD lainnya.
Terlebih lagi, dikatakan pihaknya akan menghitung volume pekerjaan yang diselesaikan terhadap besarnya anggaran rehabilitasi 3 ruang belajar di SD tersebut, karena berkaitan pajak.
“Ya, khan, karena kena pajak lho sehingga menjadi besar,” kata pejabat asal Tabanan ini.
Sementara molornya proyek lanjutan pembangunan stage di Sasana Budaya Bangli, bernilai Rp 4 milyar lebih, Pelaksana Proyek mengatakan keterlambatan pengerjaan proyek, karena faktor teknis dan cuaca.
“Ada pembongkaran sebagian kegiatan yang sulit dilakukan, karena kendala teknis. Setelah lolos dari kendala teknis lalu dihadapkan pada cuaca. Hujan terus, ini menambah lamanya waktu yang dibutuhkan, kami siap kena denda, ini harus kami pertanggung jawabkan,” paparnya.
Soal rekanan yang arogan, pihaknya tidak banyak berkomentar perihal tanggung jawabnya terhadap proyek yang dikerjakan, sehingga hal tersebut bisa menambah kesan buruknya pelaksanaan proyek di daerah ini.
Demikian pula, adanya proyek yang dikerjakan rekanan luar daerah yang notabene menyulitkan komunikasi pihak leading sektor dengan pelaksana.
Seperti halnya terlihat pada pelaksanaan proyek yang mangkrak di Danau Batur, Kintamani, kontraktornya dari Makasar.
Atas banyaknya rekanan yang mengambil pekerjaan di Bangli, juga menjadi sorotan masyarakat, salah satu tokoh masyarakat asal Tembuku Bangli yang enggan disebutkan namanya, yang juga Mantan Kontraktor yang kini aktif memantau perkembangan Bangli era baru ini menyoroti banyaknya proyek dikerjakan pihak rekanan luar provinsi.
Menurutnya, jika sebatas di luar kabupaten tidak masalah, tapi kalau luar provinsi akan berpotensi munculnya masalah, karena ada hal yang mesti dikomunikasikan secara tiba-tiba.
Bahkan, sangat disayangkan adanya rekanan yang tidak memiliki papan nama dan alamat yang jelas, tapi bisa memenangkan tender.
“Itu realitanya banyak rekanan lokal, yang justru tak kunjung dapat proyek di daerahnya sendiri. Namun, kami pahami, karena kemampuan daya saing kita dalam arti luas,” pungkasnya.
(S Kt Rcn).