JP2S Bali Support Wastehub® dan B.Braun Indonesia Tanam 600 Bibit Mangrove, Apollo Daton: Itu Bukan Lagi Ilmu Garam, Tapi Melampaui Segalanya
Jbm.co.id-BADUNG | Ketua Jaringan Jurnalis Peduli Sampah (J2PS) Bali, Apollo Daton mensupport kegiatan Mangrove Planting dan Cleanup Day yang dilakukan Wastehub Alam Lestari (Wastehub®) bekerjasama dengan B. Braun Indonesia didukung Kelompok Nelayan di Pantai Wana Segara Kertih, Kedonganan, Kabupaten Badung, Bali, Minggu, 8 Desember 2024.
Terinspirasi dari ilmu baru yang disebut ilmu garam artinya sedikit, tapi terasa, Apollo Daton menyebutkan aksi pelestarian lingkungan ini bukan lagi garam, tapi melampaui segala-galanya melalui aksi menanam Mangrove hingga bersih-bersih sampah di areal pantai Wana Segara Kertih di Kedonganan.
“Mari kita lestarikan alam dengan menanam Mangrove. Hijau lingkungan dan lestari alamku,” tegasnya dengan penuh semangat.
Untuk diketahui, bahwa B. Braun Indonesia berkantor pusat di Jerman sebagai perusahaan teknologi medis terdepan.
Sementara itu, Wastehub Alam Lestari atau Wastehub® merupakan Yayasan yang fokus pada ekonomi sirkular dan inisiatif ramah lingkungan di kawasan urban, kepulauan dan pariwisata dengan pendekatan sistem terintegrasi, yang melibatkan multi pihak, sejak tahun 2019.
Pada kesempatan tersebut, Andi Pratama selaku Project Officer Wastehub menyebutkan, bahwa Wastehub dan B. Braun Indonesia menanam 600 Bibit Mangrove, sekaligus melakukan aksi bersih-bersih sampah (Cleanup) dengan mendapatkan sekitar 50 gram sampah.
“Acara ini cukup seru, kami juga dibantu oleh Kelompok Nelayan Wana Segara Kertih Kedonganan dan Jaringan Jurnalis Peduli Sampah (J2PS) Bali. Sampah di areal Mangrove dikumpulkan, yang nantinya akan diproses di TPS3R,” kata Andi Pratama.
Sementara itu, Founder Wastehub Ranitya Nurlita mengatakan acara ini sebagai terusan aksi penanaman 200 Bibit Mangrove yang dilakukan di Pantai Indah Kapuk (PIK), Jakarta, pada bulan November 2024 lalu, sehingga totalnya sudah tertanam 800 Bibit Mangrove.
Dengan total 800 Bibit Mangrove sudah ditanam, pihaknya berharap tetap bekerjasama dengan Wana Segara Kertih Kedonganan, karena jika berbicara penanaman Mangrove itu harus dijaga dan dilestarikan, dalam berkontribusi memperbaiki ekosistem pesisir, yang kini terancam oleh kerusakan dan konversi lahan.
“Apalagi, tadi kita baru selesai ngambil-ngambil sampah plastik, karena ternyata banyak sampah yang nyangkut dan akhirnya itu menyebabkan Mangrove mati,” ungkapnya.
Terlebih lagi, ditemukan sejumlah masalah Mangrove tidak dapat tumbuh dengan baik, dikarenakan faktor tumpukan sampah plastik dan juga hama itu sendiri.
“Kami sangat berharap, acara ini tidak selesai disini saja, tapi bisa kami teruskan dan kita bareng-bareng sama warga Wana Segara Kertih turut serta menjaga lingkungan,” urainya.
Terlebih lagi, pihak Wana Segara Kertih Kedonganan juga melakukan hal serupa sebulan sekali, untuk proses pengambilan sampah di areal Mangrove.
“Mereka juga melihat pohon mana yang masih hidup dan mana yang mati, untuk diganti yang baru lagi,” tambahnya.
Sampah yang sudah dikumpulkan, lanjutnya bakal dibagi menjadi dua jenis, yang meliputi residu dan daur ulang.
Disebutkan, bahwa pembersihan sampah dan penjagaan kawasan Mangrove sangatlah penting, karena jika sampah terperangkap di Mangrove akan menghambat pertumbuhan Mangrove.
“Untuk sampah residu diproses menjadi RDF, kemudian sampah daur ulang kita akan proses lagi menjadi barang berguna,” kata Ranitya Nurlita.
Mengenai Maintenance pertumbuhan Mangrove disebut berjalan setahun, dimulai dari bulan November 2024 hingga November 2025.
Apalagi, pihak Wana Segara Kertih Kedonganan melakukan Cleaning Maintenance Mangrove setiap bulannya.
“Kita di Bali ikutan untuk bersihin dan sebagainya, melihat sudah sebesar mana Mangrove itu tumbuh, terus kemudian jika ada yang mati, kita coba ganti lagi,” bebernya.
Mengingat, proses penanaman Bibit Mangrove dilakukan secara metode konvensional, maka hasilnya diprediksi 20 persen saja Bibit Mangrove yang hidup dari total 800 Bibit Mangrove ditanam, sesuai hasil riset.
“Itu Mangrove yang hidup cuma 20 persen kali 800 Mangrove, kurang lebih 160 Mangrove saja yang hidup, tapi kita coba Maintenance saja dulu, apakah itu bisa semakin banyak atau tidak,” jelasnya.
Selain konvensional, Ranitya Nurlita juga menyebutkan penanaman Mangrove metode bersekat tingkat keberhasilan hidup sampai 80 persen dari total 800 Bibit Mangrove ditanam atau sekitar 640 Bibit Mangrove yang bertahan hidup.
“Itu disekat rata-rata sekitar 16 pohon Mangrove. Kemudian, pindah lagi berjarak sekitar 1-2 meter ditanam 16 pohon yang disekat lagi, karena jika disekat artinya tidak ada sampah plastik yang nyangkut. Kalau yang berjajar satu meter satu meter itu khan plastik nyangkut. Apalagi ada kepiting-kepiting ternyata masuk hama,” tandasnya.
Tak hanya itu, Ranitya Nurlita menyebutkan khusus metode bersekat berada di Kawasan Benoa, tapi diakui cukup challenge, karena metode bersekat harus ditanam lebih dalam lagi, sehingga turunnya harus menggunakan kano.
“Jadi, ada beberapa ditanam terus disekat-sekat dan berjarak lagi dengan sekat-sekat. Itu berbeda dengan di daerah sini, yang masih pakai metode konvensional,” sebutnya.
Meski metode konvensional, namun selama setahun bersama Wana Segara Kertih Kedonganan dipastikan dilakukan penanaman Bibit Mangrove, setiap bulannya.
“Kita sama Nelayan Wana Segara Kertih Kedonganan juga lakukan bersih-bersih sampah bareng-bareng. Itu di awal bulan hari Minggu,” imbuhnya.
Hal senada juga disampaikan Ketua Kelompok Nelayan Wana Segara Kertih, Nyoman Sunarta yang menyampaikan, bahwa pihaknya selalu membuat peta penanaman Mangrove di lahan seluas 8 hektar.
Mengingat, Kelompok Nelayan Wana Segara Kertih berkomitmen untuk melestarikan budaya nelayan, yang berdiri sejak tahun 2020, saat pandemi Covid-19.
Selain fokus pada mata pencaharian sebagai nelayan, mereka juga memiliki misi menjaga dan memulihkan lingkungan, khususnya Hutan Mangrove di wilayahnya.
“Sebagian besar lahan sudah ditanami Mangrove, makanya kami disini tanam nyulam, tidak ditanam ditempat kosong artinya Mangrove yang mati itu diganti dengan yang baru,” tegasnya.
Disebutkan, bahwa Mangrove merupakan jenis hutan bakau yang tumbuh di daerah pesisir terutama di muara sungai dan kawasan pantai berlumpur. Tanaman Mangrove memiliki kemampuan unik bertahan hidup di lingkungan dengan sanilitas tinggi dan pasang surut air laut.
Sementara, Wana Segara Kertih merupakan Kawasan Mangrove yang dikelola oleh kelompok nelayan yang misi menjaga dan melestarikan Hutan Mangrove di Desa Kedonganan.
Oleh karena itu, pihaknya berupaya memperbanyak tanaman Mangrove itu sendiri. Jika ada lahan kosong harus ditanami Mangrove dengan ukuran minimal 15-20 cm.
“Selama 3 tahun, Mangrove tingginya 2 meter akan keluar cabang, sehingga ada harapan untuk hidup. Kita juga punya sistem penanaman sekat berjarak. Itu kita tanam 250 Bibit Mangrove dengan 5 kotak ditumpuk. Jadi, secara internal sudah punya sistem pembibitan,” paparnya.
Apalagi, Mangrove sangat bermanfaat mencegah abrasi dan erosi pantai maupun sungai, melindungi keanekaragaman hayati dan menjaga kualitas air serta menjaga keseimbangan ekosistem dilihat dari sisi ekologi.
Dari sisi ekonomi, lanjutnya Mangrove bermanfaat menghasilkan produk hutan yang berkelanjutan, menciptakan lapangan kerja dan menciptakan produk turunan.
“Dari sisi sosial, itu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, kesadaran masyarakat dan mewujudkan keadilan serta manfaat merata bagi semua pihak,” pungkasnya. (ace).