Tradisi Mejukut Komitmen Petani Jatiluwih Jaga Keaslian Beras Merah Organik

Jbm.co.id-TABANAN | Para petani di Jatiluwih, Bali kembali melakukan tradisi “Mejukut”, ditengah hamparan sawah hijau nan luas, Selasa, 4 Pebruari 2025.
Mengingat, “Mejukut” adalah proses membersihkan gulma pada tanaman padi beras merah yang baru berusia satu bulan.
Tradisi ini bukan hanya bagian dari rutinitas pertanian, tetapi juga wujud komitmen petani dalam menjaga keaslian dan keberlanjutan pertanian organik di Jatiluwih, desa yang telah dinobatkan sebagai desa terbaik dunia versi UN Tourism 2024.
Pada usia satu bulan, tanaman padi masih rentan terhadap gulma, yang dapat menyerap air, nutrisi, dan sinar matahari yang seharusnya dimanfaatkan oleh padi. Oleh karena itu, mejukut dilakukan secara rutin agar tanaman dapat tumbuh sehat dan menghasilkan bulir beras berkualitas tinggi.
“Mejukut bukan hanya tentang membersihkan gulma, tetapi juga bagian dari filosofi kami dalam menjaga keseimbangan antara alam dan pertanian. Dengan metode alami, kami memastikan tanah tetap subur untuk generasi mendatang,” kata John Ketut Purna selaku Kepala Pengelola Desa Jatiluwih.
Tradisi Gotong Royong yang Masih Terjaga
Mejukut masih dilakukan secara tradisional dengan tangan, di mana petani mencabut gulma langsung dari akarnya agar tidak mudah tumbuh kembali.
Proses ini biasanya dilakukan secara berkelompok oleh 5 hingga 10 orang, tergantung luas lahan, sehingga pekerjaan lebih ringan dan cepat selesai.
Selain itu, tradisi gotong royong ini juga menjadi momen kebersamaan bagi para petani, mempererat hubungan sosial dalam komunitas.
“Kami ingin memastikan bahwa pertanian di Jatiluwih tidak hanya berorientasi pada hasil panen, tetapi juga menjaga kebersamaan, nilai gotong royong, dan keseimbangan alam,” kata John Ketut Purna.
Lebih dari sekadar teknik pertanian, mejukut merupakan bagian dari pertanian berkelanjutan di Jatiluwih.
Selain mengandalkan metode alami dalam pengendalian gulma, para petani juga menggunakan pupuk organik dan pestisida nabati untuk menjaga kesuburan tanah dan melindungi ekosistem.
Jatiluwih: Desa dengan Pertanian yang Ramah Lingkungan
Jatiluwih, yang telah diakui sebagai warisan budaya dunia UNESCO, tidak hanya terkenal dengan keindahan sawah teraseringnya, tetapi juga keberhasilannya dalam mempertahankan metode pertanian tradisional yang selaras dengan alam.
Penghargaan sebagai desa terbaik dunia 2024 semakin memperkuat posisinya sebagai ikon pertanian organik dan ekowisata di Bali.
Dengan semangat menjaga tradisi dan lingkungan, petani Jatiluwih terus berinovasi tanpa meninggalkan kearifan lokal.
Beras merah organik yang mereka hasilkan tidak hanya memberikan manfaat kesehatan, tetapi juga mencerminkan harmoni antara manusia dan alam yang telah dijaga selama berabad-abad.
“Selamat datang di Jatiluwih, desa terbaik dunia 2024, tempat tradisi, alam, dan kehidupan berpadu dalam keselarasan yang sempurna,” tutupnya. (red/tim).