BangliBeritaDaerahLingkungan HidupPariwisataPemerintahan

Length of Stay Wisatawan di Bangli Maksimal 3 Hari

Jbm.co.id-BANGLI | Banyaknya kunjungan wisatawan ke destinasi wisata di Bangli belum mampu dijadikan peluang untuk meningkatkan Length of Stay untuk dapat meningkatkan kontribusi Pendapatan Asli Daerah ( PAD) Kabupaten Bangli.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bangli, I Wayan Sugiarta kepada awak media, Rabu, 29 Januari 2025 via telepon mengakui kalau lama tinggal (Length of Stay) wisatawan di Bangli maksimal 3 hari.

Foto: View Gunung Batur dan Danau Batur tetap menjadi magnet kunjungan ke kawasan Kintamani melalui Penelokan, Batur.

Berbeda jauh dengan di Ubud, Lenght of Stay bisa mencapai 3-6 hari bahkan lebih.

Advertisement

Untuk itu, pihaknya mengaku tengah mencari tahu apa yang dapat menarik wisatawan untuk meningkatkan Lenght of Stay.

“Rata-rata tamu tinggal di Bangli antara satu sampai tiga hari, belum sampai tinggal enam hari di Bangli,” kata manta Kalaksa BPBD Damkar Bangli ini.

Diakui, bahwa kalau salah satu penyebabnya, karena kurangnya hiburan di malam hari yang menyebabkan tamu kurang betah di Bangli.

Selain itu, khusus untuk Kintamani juga disebabkan suhu yang sangat ekstrem, terlebih saat musim hujan.

Tak hanya itu, Wayan Sugiarta mengakui tingkat kunjungan ke Bangli pada musim liburan meningkat 100 persen, bahkan lebih. Seperti di obyek wisata Desa Penglipuran tamunya membludak.

Diakui, kalau Lenght of Stay dapat ditingkatkan dari angka kunjungan itu tentu bakal signifikan terjadinya peningkatan kontribusinya ke kas daerah.

Data menunjukkan tingkat kunjungan di musim liburan ke Bangli mencapai 9.000 wisatawan per- hari.

Kunjungan didominasi oleh obyek wisata Desa Tradisional Penglipuran, berikutnya kawasan Kintamani.

Dikatakan, View Gunung Batur dan Danau Batur tetap menjadi magnet kunjungan ke kawasan Kintamani melalui Penelokan, Batur.

Dari pantauan, Selasa, 28 Januari 2025, tampak kunjungan wisatawan cukup ramai di Penelokan.

Mereka dapat menikmati pesona Gunung dan Danau Batur kala itu, karena sedang tidak diselimuti kabut Kintamani, seperti sehari sebelumnya.

Sayang di Penelokan, tempat memandang view tersebut lampu kamar mandinya padam.

Selain itu, pada lantai terlihat ada titik borok atau berlubang, yang memberi kesan kurang baik.

Bahkan, pemandangan klise yakni pedagang asongan sedikit menganggu, karena masih juga mereka memaksa pengunjung untuk belanja, yang diakui Sugiarta.

Seolah pihaknya diajak kucing- kucingan, ketika petugas datang mereka mau tertib ketika ditinggal mereka berulah.

“Padahal, mereka sudah diberikan tempat berjualan yang memadai di sisi barat,” imbuhnya. (S Kt Rencana).

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button