FSRU LNG Sidakarya Ditolak Manfaatkan Ruang Laut Berisi Mangrove dan Terumbu Karang

Jbm.co.id-DENPASAR | Rencana pembangunan terminal Floating Storage Regasification Unit (FSRU) Liquefield Natural Gas (LNG) Sidakarya dinilai memanfaatkan ruang laut antara perbatasan perairan Mertasari dan Serangan, lantaran Sidakarya tidak memiliki laut dan pantai, karena batas Sidakarya adalah By Pass Ngurah Rai.
Tak hanya itu, pembangunan FSRU LNG Sidakarya ditolak, karena memanfaatkan ruang laut berisi mangrove, Tahura, dan terumbu karang, termasuk keberagaman hayati. Jika ada pemanfaatan perairan sekitar 500 meter dari pinggir laut berarti ada dreging atau pengerukan kapal 300 meter kedalam 12-15 meter. Tak dapat dibayangkan, perubahan apa yang akan terjadi 10-15 tahun ke depan.
Demikian disampaikan aktivis pejuang lingkungan asal Serangan Wayan Patut, yang juga tokoh masyarakat Serangan, saat diwawancarai awak media di Denpasar, Kamis, 5 Juni 2025.
Menurutnya, jika laut mencari keseimbangan, maka siap-siap saja Pulau Serangan akan tenggelam, karena antara menyelamatkan manusia atau industri.
“Kalau FSRU LNG hasil sosialisasi kapal berlabuh di laut lepas di luar pemecah gelombang, maka terakhir ada sosialisasi. Kapal masuk, sebelum pemecah gelombang, itu otomatis ada dreging pengerukan yang jauh lebih terancam. Secara umum kami sangat keberatan terhadap proyek terminal FSRU LNG ini,” tegasnya.
Secara khusus, pihaknya meminta, agar pemerintah tidak hanya mempertimbangkan aspek teknis, tetapi juga memperhatikan dampak sosial, budaya dan lingkungan dari proyek tersebut.
“Ini kawasan wisata dan kami sudah secara turun-temurun menggantungkan hidup dari laut. Kami tidak menolak pembangunan, tapi mohon diperhatikan dampaknya terhadap lingkungan, sosial, budaya, dan juga kesehatan masyarakat,” tegasnya.
Bahkan, Wayan Patut menyoroti pentingnya menjaga ekosistem laut di kawasan Serangan, termasuk pelestarian terumbu karang dan habitat penyu.
Tak hanya itu, kapal besar berada di daerah Pelabuhan Benoa, maka sering terjadi kapal karam di perbatasan.
“Kok kapal mau Benoa, tetapi karam di Pulau Serangan, karena ada secara budaya atau kebudayaan lokal. Ada yang membentengi, dulu ada mau keruk batudewa dreging, kita tidak anti pembangunan. Jadi, jangan lagi dicampur industri. Jika sekarang dikumpulkan, maka masalah masyarakat sudah kompleks, apalagi ancaman kapal besar,” tegasnya.
Terlebih lagi, lanjutnya ada resiko bencana alam dan juga kapal bermanuver hingga terbalik, maka seharusnya diperlukan proses mitigasi. Hal tersebut semestinya memperhatikan nyawa manusia yang berdampak secara nyata.
Bahkan, sepanjang perairan Serangan terdapat keragaman hayati, contohnya spesies terumbu karang ada tiga jenis meliputi karang masif, karang sub masif dan karang bercabang.
“Sepanjang 7 meter didominasi karang masif sebagai pondasi dari kekuatan Pulau Serangan untuk menangkal gelombang air laut,” tuturnya.
Jika karang bercabang, lanjutnya hampir 40 persen bersumber dari karang masif yang lebih banyak menghasilkan keragaman hayati, karena dia berfungsi sebagai rumah ikan dan keindahan bawah laut yang menjadi kawasan obyek wisata snorkeling dan diving.
“Kalau selama ini diving selalu dijual ke tempat lain, kenapa tidak di Serangan, karena kita banyak punya keragaman hayati yang nilainya lebih banyak dibandingkan tempat lain,” ungkapnya.
Apalagi, para wisatawan melihat spesies beserta sejumlah keunggulan beserta keunikan keragaman hayati yang berada pulau Serangan.
“Belum lagi, jika berbicara keragaman hayati yang lainnya, contohnya ikan hias dengan jenis ribuan. Kalau karang bercabang saja, itu ada 32-37 jenis ikan hias berada disana, sesuai hasil pengamatan sejak tahun 2005,” tambahnya.
Tak hanya itu, pihaknya sempat mendapatkan pendanaan dari Pilipina untuk melakukan penelitian atas keragaman hayati di pulau Serangan.
Oleh karena dibatasi ruang laut, maka nelayan pesisir memanfaatkan ruang laut Serangan secara maksimal.
“Itu bagaimana mengembangkan terumbu karang dan juga jenis-jenis spesies ikan, karena banyak nelayan disana yang memanfaatkan ikan itu adalah nelayan pesisir, terutama nelayan yang menangkap ikan hias,” pungkasnya. (ace).