Didatangi Apple, Microsoft, Intel dan Google, Begini Tanggapan Rektor ITB STIKOM Bali

Jbm.co.id-DENPASAR | Sebagian besar perusahaan teknologi dunia ragu-ragu berinvestasi ke Indonesia, seperti Apple, Google, Facebook dan lain sebagainya.
Bahkan, I-Phone dan perusahaan raksasa lainnya yang berproduksi masih dipertanyakan, untuk berinvestasi dan mendirikan perusahaan besar di Indonesia.
Diduga, faktor kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang memahami pengetahuan berbasis teknologi, sehingga mereka lebih memilih negara Cina, India dan negara besar lainnya, sebab SDM mereka sudah banyak yang ahli hingga siap menerima alih teknologi.
Menanggapi hal tersebut, pihak ITB STIKOM Bali mengakui pihaknya sudah beberapa kali didatangi perusahaan berskala internasional, seperti Apple, Microsoft, Intel dan Google.
Perusahaan besar tersebut berupaya mengajak kerjasama, tapi memberikan syarat-syarat cukup berat, yang ujung-ujungnya masalah pendanaan.
Demikian disampaikan Rektor Dr. Dadang Hermawan didampingi Ketua Yayasan Widya Dharma Shanti Denpasar Drs. Ida Bagus Dharmadiaksa, M.Si., Ak., C.A., WR 1 Dr. Roy Rudolf Huizen dan WR 2 Dr. Putri Srinadi, SE., MM.Kom., serta WR 3 Yudy Agusta, Ph.D., saat dikonfirmasi awak media di ITB STIKOM Bali, Sabtu, 25 Januari 2025.
“Misalnya, Apple. Ayo, ITB STIKOM Bali kita dirikan Apple STIKOM Academy, misalnya salah satu syaratnya I-Phone 16 dan harus ada perangkatnya,” kata Dadang Hermawan.
Bahkan, di Bali tidak ada memenuhi syarat dan juga partner lokalnya tidak ada yang mampu mempersiapkan tempat, seluas 1.000 meter persegi tanpa sekat.
“Itu khan tidak ada yang punya. Ini aja tidak ada 1.000 meter persegi satu lantai dan juga ada bolong ditengah-tengah. Jadi, itu tidak memenuhi syarat, sehingga kita batal,” tegasnya.
Meski demikian, pihak ITB STIKOM Bali terus berkomunikasi dengan teknologi Microsoft, Intel dan Google, tapi tidak sampai kearah produk-produk yang dihasilkan di negara Indonesia demi kepentingan merek tersebut.
“Jadi, hal ini sebagai kolaborasi yang terus kita kembangkan kedepan,” harapnya.
Mengenai kelas Dual Degree, lanjutnya bakal memperpendek anak didik keluar negeri, sehingga menghemat devisa yang sangat banyak secara makro.
“Dibanding mereka berada di negara tersebut selama 4 tahun, mending 3 tahun disini, 1 tahun di negara tersebut. Jadi, devisa atau uang beredar di Indonesia,” terangnya.
Meski demikian, pihaknya mengakui masih kurangnya dorongan dari Pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Provinsi Bali.
“Apalagi Pemerintah Provinsi, Kabupaten/ Kota itu ada istilah urusan Pendidikan Tinggi itu berada di Pemerintah Pusat, padahal sebenarnya bisa Pemerintah Daerah mendorong Pendidikan Tinggi, karena semakin tinggi pendidikan masyarakat, maka semakin cepat kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat akan tercapai,” ungkapnya.
Oleh karena itu, pihaknya dari ITB STIKOM Bali terus berkolaborasi dengan berbagai pihak, contohnya dengan Apple dan Microsoft, yang terus masih ada sertifikasi bersama.
“Dengan Intel sebatas seminar-seminar dulu, tapi di Bali tidak cocok pabrik Hardware. Semestinya, yang cocok itu pabrik Software. Ibarat industri tanpa asap. Jangan industri itu mencemari lingkungan, tapi yang Software Development itu cocok dikembangkan dan juga Koding-Koding serta Desain yang terus kolaborasi untuk diutamakan dan prioritaskan untuk saling melengkapi demi kebutuhan masyarakat,” tutupnya. (ace).