Jbm.co.id-JEMBRANA | Bale Tempek Nagasari dibangun, saat Sanggah Padma, Tugu Karang dan Bale Kulkul di Bale Tempek Nagasari Banjar Adat Baler Pasar Desa Pergung, Kabupaten Jembrana diplaspas, Sabtu, 16 November 2024.
Upakara pemelaspasan ini dihadiri oleh seluruh warga Tempek Nagasari, para tokoh, perangkat desa, termasuk pengurus LPD, para kelian Banjar Adat Desa Pergung dengan Kelian Adat dari Desa Penyanding.
Disebutkan, Bale Tempek Nagasari dibangun, yng bertujuan untuk membangun kerukunan, yang selama ini sedikit agak menurun.
“Kemungkinan terbentur dengan pekerjaan dengan kegiatan masing-masing, sehingga kurang ada yang merangkul untuk mereka bisa berinteraksi. Mereka sangat butuh sekali tempat berinteraksi. Jadi, kita bangun Bale Tempek, atas dukungan semua warga,” kata Nyoman Ardiana selaku Bendahara Pembangunan Bale Tempek Nagasari Banjar Adat Baler Pasar Desa Pergung saat dikonfirmasi awak media, Sabtu, 16 November 2024.
Dukungan pembangunan Bale Tempek Nagasari ini, juga banyak warga yang bekerja merantau di luar daerah, termasuk yang bekerja di luar negeri.
Bahkan, seluruhnya telah dirangkul dan bersedia untuk bergotong royong membangun Bale Tempek Nagasari.
“Kita membangun ini tujuannya tidak bangun fisik saja. Jadi, utamanya, kita membangun interaksi sosial. Bahkan ke depannya, kita berharap menjadi tempat ekonomi kreatif. Tujuannya jelas membantu kegiatan desa, adat sebagainya,” paparnya.
Upaya membangun ekonomi juga dirintis dengan membangun usaha-usaha kecil serta berencana membangun sanggar seni tari dan gamelan tradisional.
Kebetulan di Desa Pergung ini banyak seniman, dimulai dari yang tua hingga yang muda. Mereka itu mungkin kurang terakomodir. Maka dari itu, perlu dibangun sanggar seni, yang nantinya diharapkan bisa memberikan tempat pada mereka.
“Kedepannya, dipastikan juga restu dan dukungannya dari desa maupun pemerintah daerah,” ungkapnya.
Selain itu, di Bale Tempek Nagasari ini juga ingin membangun transparan anggaran yang dimulai dari tempek.
Segalanya dilakukan dengan transparansi, karena pembangunan ini dilakukan dengan ngayah atau gotong royong sehingga rasa memiliki serta kebersamaan terus melekat pada seluruh warga.
“Kebersamaan itu sangat indah dan tak bisa dibeli atau diukur dengan uang. Warga di sini berbaur bersatu dan tak ada sekat,” pungkasnya. (red/tim).