Kelangkaan Gas 3 Kg Memprihatinkan, Anggota Fraksi Gerindra DPRD Denpasar Ngurah Aryawan Desak Disperindag dan Pertamina Gelar Operasi Pasar

Denpasar, JBM.co.id | Seperti badai yang datang tiba-tiba, kelangkaan gas LPG 3 kg kembali melanda Kota Denpasar. Bukan hanya sekadar ketidakhadiran pasokan yang menambah kegelisahan, tetapi juga fluktuasi harga yang tak terkendali, yang semakin menambah ketidaktenangan di kalangan masyarakat. Gas elpiji 3 kg yang semestinya menjadi kebutuhan esensial bagi rumah tangga dan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) ini kini telah menjadi sumber masalah yang pelik, menyebabkan keresahan yang mendalam di masyarakat.
Anggota Fraksi Gerindra DPRD Kota Denpasar, Ketut Ngurah Aryawan, SH., tidak tinggal diam menyaksikan situasi yang semakin memburuk ini. Ia dengan tegas menyampaikan desakan kepada Dinas Perdagangan dan Industri (Disperindag) Kota Denpasar untuk segera bekerja sama dengan Pertamina dalam menggelar operasi pasar yang akan mampu meredakan ketegangan masyarakat. “Kita tidak bisa membiarkan kondisi ini berlarut-larut. Waktu bukanlah sesuatu yang kita miliki. Operasi pasar harus segera dilaksanakan untuk memastikan kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi,” ujar Aryawan dengan nada serius, saat dihubungi pada Selasa (4/2/2025).
Solusi yang Harus Diambil untuk Mengatasi Kekacauan Gas 3 Kg
Menurut Aryawan, krisis ini tidak hanya disebabkan oleh masalah pasokan gas yang terbatas. Lebih dari itu, ada sebuah sistem distribusi yang tidak teratur dan informasi yang terbatas kepada masyarakat yang akhirnya memperburuk keadaan. Untuk itu, ia mengajukan beberapa langkah solutif yang harus segera diterapkan agar krisis ini tidak semakin melebar, merugikan masyarakat, dan terutama para pelaku UMKM yang sangat bergantung pada gas 3 kg untuk operasional usaha mereka.
1. Pendataan Pangkalan Gas yang Akurat dan Terpadu
“Disperindag harus segera bertindak dengan cepat dan tepat. Sosialisasi yang melibatkan pemerintah desa/kelurahan harus dilakukan agar pendataan pangkalan gas bisa dilakukan secara menyeluruh dan terstruktur. Pendataan ini adalah kunci untuk memastikan distribusi gas sampai ke tangan masyarakat dengan cara yang lebih maksimal,” tegas Aryawan. Tanpa pendataan yang jelas, proses distribusi akan menjadi kacau, dan masyarakat pun akan semakin terjepit dalam ketidakpastian.
2. Kepala Desa dan Kadus Harus Turun Langsung ke Lapangan
Lebih lanjut, Aryawan menekankan pentingnya peran kepala desa dan kepala dusun (kadus) yang harus turun ke lapangan untuk memberikan informasi yang jelas kepada masyarakat. “Mereka harus menjadi ujung tombak yang menjembatani komunikasi antara pemerintah dan masyarakat. Kepala desa bersama kadusnya harus mengedukasi masyarakat tentang tempat pangkalan yang sesuai dengan wilayah masing-masing dan jam-jam pengambilan gas yang tepat,” ujar Aryawan dengan tegas. Ia meyakini, dengan langkah ini, masyarakat tidak akan lagi kebingungan atau terjebak dalam antrean panjang yang tidak jelas.
3. Pemberian Informasi yang Jelas dan Tepat Waktu
Pentingnya pemberian informasi yang transparan tentang keberadaan pangkalan gas yang melayani wilayah masing-masing, menurut Aryawan, akan membuat distribusi lebih terarah. “Dengan pendataan yang jelas dan informasi yang tersebar dengan baik, masyarakat tidak akan lagi merasa cemas atau saling berebut untuk mendapatkan gas 3 kg. Semua akan berjalan dengan lebih tertata,” jelasnya.
4. Mengubah Kebiasaan Masyarakat yang Terlalu Bergantung pada Warung
Selain itu, Aryawan juga menyoroti kebiasaan masyarakat yang terbiasa membeli gas 3 kg di warung-warung kecil, yang seringkali menyebabkan distribusi menjadi kacau. “Sudah saatnya kita mengubah kebiasaan tersebut. Masyarakat perlu diarahkan untuk membeli gas langsung dari pangkalan, sesuai dengan aturan yang ada. Semua komponen masyarakat harus bersatu untuk memperbaiki tata kelola distribusi ini,” ungkapnya dengan penuh keyakinan.
Aryawan dengan tegas menyatakan bahwa berdasarkan data yang ada, terdapat 953 pangkalan gas yang tersebar di seluruh Kota Denpasar. Setiap pangkalan memiliki kapasitas 50 tabung per hari, yang berarti total pasokan gas 3 kg yang tersedia adalah sekitar 47.650 tabung. “Jika distribusi dilakukan dengan baik dan pangkalan-pangkalan tersebut dapat menjalankan fungsinya secara maksimal, saya yakin masalah kelangkaan gas 3 kg di Kota Denpasar tidak akan berlarut-larut,” ujar Aryawan.
Namun, ia menegaskan bahwa untuk mencapai hal tersebut, pendataan yang akurat di lapangan sangatlah penting. “Tanpa pendataan yang jelas, tanpa kolaborasi antara pemerintah, Pertamina, dan masyarakat, kita hanya akan terus saling menyalahkan tanpa solusi yang jelas,” tambahnya.
Krisis kelangkaan gas 3 kg ini bukan hanya sebuah masalah pasokan. Ini adalah cerminan dari ketidakteraturan dalam pengelolaan distribusi yang sudah berlangsung lama. Aryawan menutup pembicaraan dengan sebuah harapan, “Mari kita bersama-sama memastikan bahwa semua komponen masyarakat bergerak untuk memperbaiki keadaan ini. Dengan langkah-langkah konkret dan kerja sama yang solid, saya yakin kelangkaan gas ini akan segera teratasi, dan kebutuhan masyarakat akan kembali terpenuhi dengan baik.”
Kegelisahan yang telah menghantui masyarakat Denpasar kini membutuhkan solusi nyata dan segera. Jika langkah-langkah yang tepat diambil, kita semua berharap bahwa masalah kelangkaan gas 3 kg yang kini menjadi polemik besar ini bisa segera teratasi, dan masyarakat
Denpasar, JBM.co.id | Seperti badai yang datang tiba-tiba, kelangkaan gas LPG 3 kg kembali melanda Kota Denpasar. Bukan hanya sekadar ketidakhadiran pasokan yang menambah kegelisahan, tetapi juga fluktuasi harga yang tak terkendali, yang semakin menambah ketidaktenangan di kalangan masyarakat. Gas elpiji 3 kg yang semestinya menjadi kebutuhan esensial bagi rumah tangga dan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) ini kini telah menjadi sumber masalah yang pelik, menyebabkan keresahan yang mendalam di masyarakat.
Anggota Fraksi Gerindra DPRD Kota Denpasar, Ketut Ngurah Aryawan, SH., tidak tinggal diam menyaksikan situasi yang semakin memburuk ini. Ia dengan tegas menyampaikan desakan kepada Dinas Perdagangan dan Industri (Disperindag) Kota Denpasar untuk segera bekerja sama dengan Pertamina dalam menggelar operasi pasar yang akan mampu meredakan ketegangan masyarakat. “Kita tidak bisa membiarkan kondisi ini berlarut-larut. Waktu bukanlah sesuatu yang kita miliki. Operasi pasar harus segera dilaksanakan untuk memastikan kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi,” ujar Aryawan dengan nada serius, saat dihubungi pada Selasa (4/2/2025).
Solusi yang Harus Diambil untuk Mengatasi Kekacauan Gas 3 Kg
Menurut Aryawan, krisis ini tidak hanya disebabkan oleh masalah pasokan gas yang terbatas. Lebih dari itu, ada sebuah sistem distribusi yang tidak teratur dan informasi yang terbatas kepada masyarakat yang akhirnya memperburuk keadaan. Untuk itu, ia mengajukan beberapa langkah solutif yang harus segera diterapkan agar krisis ini tidak semakin melebar, merugikan masyarakat, dan terutama para pelaku UMKM yang sangat bergantung pada gas 3 kg untuk operasional usaha mereka.
1. Pendataan Pangkalan Gas yang Akurat dan Terpadu
“Disperindag harus segera bertindak dengan cepat dan tepat. Sosialisasi yang melibatkan pemerintah desa/kelurahan harus dilakukan agar pendataan pangkalan gas bisa dilakukan secara menyeluruh dan terstruktur. Pendataan ini adalah kunci untuk memastikan distribusi gas sampai ke tangan masyarakat dengan cara yang lebih maksimal,” tegas Aryawan. Tanpa pendataan yang jelas, proses distribusi akan menjadi kacau, dan masyarakat pun akan semakin terjepit dalam ketidakpastian.
2. Kepala Desa dan Kadus Harus Turun Langsung ke Lapangan
Lebih lanjut, Aryawan menekankan pentingnya peran kepala desa dan kepala dusun (kadus) yang harus turun ke lapangan untuk memberikan informasi yang jelas kepada masyarakat. “Mereka harus menjadi ujung tombak yang menjembatani komunikasi antara pemerintah dan masyarakat. Kepala desa bersama kadusnya harus mengedukasi masyarakat tentang tempat pangkalan yang sesuai dengan wilayah masing-masing dan jam-jam pengambilan gas yang tepat,” ujar Aryawan dengan tegas. Ia meyakini, dengan langkah ini, masyarakat tidak akan lagi kebingungan atau terjebak dalam antrean panjang yang tidak jelas.
3. Pemberian Informasi yang Jelas dan Tepat Waktu
Pentingnya pemberian informasi yang transparan tentang keberadaan pangkalan gas yang melayani wilayah masing-masing, menurut Aryawan, akan membuat distribusi lebih terarah. “Dengan pendataan yang jelas dan informasi yang tersebar dengan baik, masyarakat tidak akan lagi merasa cemas atau saling berebut untuk mendapatkan gas 3 kg. Semua akan berjalan dengan lebih tertata,” jelasnya.
4. Mengubah Kebiasaan Masyarakat yang Terlalu Bergantung pada Warung
Selain itu, Aryawan juga menyoroti kebiasaan masyarakat yang terbiasa membeli gas 3 kg di warung-warung kecil, yang seringkali menyebabkan distribusi menjadi kacau. “Sudah saatnya kita mengubah kebiasaan tersebut. Masyarakat perlu diarahkan untuk membeli gas langsung dari pangkalan, sesuai dengan aturan yang ada. Semua komponen masyarakat harus bersatu untuk memperbaiki tata kelola distribusi ini,” ungkapnya dengan penuh keyakinan.
Aryawan dengan tegas menyatakan bahwa berdasarkan data yang ada, terdapat 953 pangkalan gas yang tersebar di seluruh Kota Denpasar. Setiap pangkalan memiliki kapasitas 50 tabung per hari, yang berarti total pasokan gas 3 kg yang tersedia adalah sekitar 47.650 tabung. “Jika distribusi dilakukan dengan baik dan pangkalan-pangkalan tersebut dapat menjalankan fungsinya secara maksimal, saya yakin masalah kelangkaan gas 3 kg di Kota Denpasar tidak akan berlarut-larut,” ujar Aryawan.
Namun, ia menegaskan bahwa untuk mencapai hal tersebut, pendataan yang akurat di lapangan sangatlah penting. “Tanpa pendataan yang jelas, tanpa kolaborasi antara pemerintah, Pertamina, dan masyarakat, kita hanya akan terus saling menyalahkan tanpa solusi yang jelas,” tambahnya.
Krisis kelangkaan gas 3 kg ini bukan hanya sebuah masalah pasokan. Ini adalah cerminan dari ketidakteraturan dalam pengelolaan distribusi yang sudah berlangsung lama. Aryawan menutup pembicaraan dengan sebuah harapan, “Mari kita bersama-sama memastikan bahwa semua komponen masyarakat bergerak untuk memperbaiki keadaan ini. Dengan langkah-langkah konkret dan kerja sama yang solid, saya yakin kelangkaan gas ini akan segera teratasi, dan kebutuhan masyarakat akan kembali terpenuhi dengan baik.”
Kegelisahan yang telah menghantui masyarakat Denpasar kini membutuhkan solusi nyata dan segera. Jika langkah-langkah yang tepat diambil, kita semua berharap bahwa masalah kelangkaan gas 3 kg yang kini menjadi polemik besar ini bisa segera teratasi, dan masyarakat tidak lagi hidup dalam ketidakpastian. tim/jp