Jbm.co.id-DENPASAR | DPC PETANESIA Kota Denpasar menggelar Perayaan Natal Nusantara di Kawasan Sanur, Sabtu, 2 Desember 2023.
Turut hadir, Ketua DPW PETANESIA Bali Bima Prasetya, Ketua GARDA Romo Karim dan Mujiardi Santoso selaku Ketua DPW Persatuan Wartawan Duta Pena Indonesia (PWDPI) Provinsi Bali serta para undangan lainnya.
Kegiatan ini menghadirkan pentas seni dan budaya dari semua umat lintas beragama di Indonesia. Selain itu, juga diisi dengan doa bersama dan penyalaan lilin dengan menampilkan busana tradisional berciri khas Nusantara.
Dalam sambutannya, Antini Margiyanti selaku Ketua Panitia Natal Nusantara mengatakan Perayaan Natal Nusantara mengambil tema “Cinta Kasih Kristus Menjadikan Kita Tetap Bersatu dalam Segala Perbedaan.”
“Ini sangat luar biasa sekali. Melalui tema ini, semua umat beragama diharapkan dapat membangun kedamaian dalam perilaku kebhinekaan memperkuat nilai-nilai kebangsaan dalam mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur,” kata Antini Margiyanti.
Bahkan, Antini mendorong penguatan kerukunan umat beragama dapat dikumandangkan pada setiap Perayaan Hari-Hari Keagamaan, sehingga dapat memperkuat semangat nasionalisme kebangsaan.
“Kami dorong moderasi beragama di Indonesia, saat umat beragama harus hidup rukun, saling menghormati, menjaga persatuan dan kesatuan serta saling toleransi. Meski itu ada perbedaan, tapi tanpa harus menimbulkan konflik,” terangnya.
Mengingat, sebentar lagi akan ada Pemilu Serentak 2024, Antini berharap semua pihak tetap bersatu demi NKRI, walau apapun pilihannya dan siapapun nantinya sebagai Presiden periode 2024-2029.
Demikian pula, pihaknya mengucapkan terima kasih kepada donatur dan pebisnis yang telah berpartisipasi dalam menyukseskan acara ini.
“Marilah kita bersama-sama menjaga NKRI supaya tetap damai dan tetap aman. Seperti saya juga di PETANESIA, karena organisasi ini termasuk non politik, sehingga apapun agamanya dan siapapun itu, kita tetap di PETANESIA,” ungkapnya.
Sementara itu, Ketua DPW PETANESIA Bali Bima Prasetya sangat mengapresiasi kegiatan Perayaan Natal Nusantara yang diprakarsai oleh DPC PETANESIA Kota Denpasar.
“Ini kerjaannya murni dari inisiatif dari DPC PETANESIA Kota Denpasar dan cintanya kepada Indonesia. Ini bukan kerjaannya DPW PETANESIA Bali, tapi DPW hanya support,” tegasnya.
Disebutkan, DPC PETANESIA Kota Denpasar sangat luar biasa dan terlaksana dengan sangat sempurna. Hal tersebut dikarenakan di Bali, DPC PETANESIA Kota Denpasar menjadi percontohan. Mengingat, banyaknya kegiatan dan program yang semuanya berkaitan dengan visi misi PETANESIA.
“Jika DPW PETANESIA Bali menjadi percontohan Nasional. Kalau di Provinsi Bali, DPC PETANESIA Kota Denpasar yang menjadi percontohan. Hal ini harus ditiru oleh DPC-DPC lainnya,” paparnya.
Patut diketahui, PETANESIA sendiri adalah organisasi non politik yang bergerak di bidang kebudayaan, ekonomi kerakyatan, sosial, pendidikan dan hukum yang berkaitan dengan kemasyarakatan.
Tak hanya itu, PETANESIA membawa nilai-nilai 4 Pilar Kebangsaan meliputi UUD 1945, Pancasila, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika.
“Oleh karena itu, saya sampaikan kepada semua DPC yang ada di Bali, untuk menjalankan apa yang menjadi visi misi PETANESIA,” sebutnya.
Hal ini pernah disampaikan kepada DPC Kota Denpasar yang disebut paling aktif, agar semua Perayaan Agama dirayakan secara bersama-sama.
“Kenapa harus dirayakan bersama-sama. Ya, namanya saudaranya berbahagia, kita juga harus ikut berbahagia, berbagi kebahagiaan didalam perayaan,” tegasnya.
Seperti dilihat diatas panggung, kata Bima Prasetya disebutnya sangat luar biasa, saat para peserta yang Muslim berjilbab membawa lilin Natal.
“Nah, ini cuma ada di PETANESIA yang begini-begini. Hal ini memberi contoh kepada semua umat yang ada di Indonesia,” ungkapnya.
Bahkan, diakui Bima Prasetya setiap bulan Desember ini, dirinya lebih sering ke Gereja dibandingkan ke Mesjid yang sudah dilakukan selama 5 tahun terakhir.
Hal tersebut, lanjutnya sebagai bentuk percontohan yang datang sebagai saudara dalam berbagi kebahagiaan didalam Perayaan Natal yang dirayakan oleh saudara beda iman, tetapi setanah air sebangsa se-Indonesia.
“Saya tidak laku di Masjid jika Desember. Lakunya di Gereja. Itu sudah pasti. Kalau ngk pak Andreas yang ngundang, maka Oshea yang ngudang. Saya tidak pernah menolak undangan itu, karena saya datang ke Rumah Tuhan dan membawa visi misi kerukunan umat perdamaian,” tambahnya.
Oleh karena itu, nilai-nilai kebangsaan yang harus dikembangkan, apapun perbedaannya.
“Kita disini tidak hanya berbeda soal Suku, Agama, Ras maupun Golongan, tapi juga beda dalam pandangan politik lantaran lagi musim politik,” urainya.
Lebih jauh, Bima Prasetya meyakini didalam satu ruangan ini berbeda pandangan politik dan tidaklah sama.
“Kalian punya hak politik yang harus dipakai. Selesaikan itu dibilik suara dan pakai itu serta manfaatkan itu. Jangan sampai Golput,” imbuhnya.
Ditambahkan, ketiga Calon Presiden (Capres) ini adalah pilihan terbaik dari Tuhan. Jika tidak terbaik pastinya muncul lebih dari tiga Capres.
“Dari pilihan yang terbaik Tuhan kirimkan ini, kita pilih yang terbaik berdasarkan asumsi, hati dan pikiran kita tanpa terkontaminasi kepentingan apapun,” tegasnya.
Nantinya, siapapun yang terpilih sebagai Presiden dan Wakil Presiden periode 2024-2029, lanjutnya itu adalah kiriman Tuhan dengan perantara umat manusia.
“Tuhan yang menentukan siapa nanti Presiden kita pada tahun 2024-2029. Sebelum kita lahir, Presiden itu sudah ditentukan sama Tuhan. Karena kita tidak tahu, kita disuruh ikhtiar dan usaha. Tuhan kasi pilihan 3 orang yang menurut Tuhan sebagai pilihan terbaik di Indonesia,” jelasnya.
Oleh karena itu, Bima Prasetya berpesan agar dalam menjaga demokrasi yang beradab, masyarakat jangan saling menghina, membuka aib dan jangan menyebar fitnah serta jangan golput.
“Hal-hal yang tidak baik, kita redam dengan berpikiran, bahwa ketiga Capres ini adalah pilihan terbaik dari Tuhan. Kalau kita percaya Tuhan berarti kita juga percaya sama pilihan-Nya,” sambungnya.
Oleh karena itu, Bima Prasetya kembali menegaskan kerukunan umat beragama adalah prioritas utama, sehingga jika ada perbedaan dilihatnya dari prasangka baik dan hal-hal positif.
“Kalau sudah didalam isi kepala kita, isi hati kita sudah jelek, ya jelek semua. Mau kita berbuat baik pun dianggap jelek. Apalagi tampaknya jelek. Kalau orangtua saya ngajarin yang kita lihat belum tentu yang terlihat, yang tampak tidak seperti yang terlihat. Nah, hati-hati ini, jangan sampai kena tipu daya indera kelima kita, ini yang menjadi kewaspadaan kita,” sebutnya.
Intinya, berbagai pihak diharapkan bisa menjaga kerukunan umat beragama dengan selalu berprasangka baik yang dipenuhi Cinta Kasih Yesus Kristus bagi umat Kristen dan disebut Nabi Isa di Islam.
Dikatakan, Yesus Kristus dan Nabi Isa dihadirkan dan diciptakan Tuhan di bumi ini bukan untuk umat tertentu saja, tetapi untuk kepentingan semua umat di dunia.
“Tidak hanya buat umat Kristen saja, karena di Islam pun kita diperintah untuk mengiman Nabi Isa yang berarti bahwa Yesus diciptakan untuk kedamaian seluruh umat, makanya Perayaan Natal adalah Perayaan seluruh umat, tidak eksklusif oleh umat Kristen saja. Khan begitu untuk Perayaan. Kalau ibadahnya masing-masing umat,” pungkasnya. (ace).