Target Dipasang Meleset, KPU Badung Pertanyakan Kinerja Mesin Parpol

Jbm.co.id-BADUNG | Dalam Pilkada Kabupaten Badung 2024, partisipasi masyarakat yang menggunakan hak pilihnya dianggap masih tergolong rendah.
Sebagai penyelenggara, KPU Badung memasang target partisipasi 90 persen di Pilkada 2024. Target tersebut dipasang KPU Badung, yang berkaca dari tingginya partisipasi pada Pilkada 2020 dan Pileg serta Pilpres April 2024 lalu.
Namun, target yang dipasang Ketua KPU Badung I Gusti Ketut Gede Yusa Arsana hanya terealisasi, pada angka 78 persen atau 322.065 orang dari Daftar Pemilih Tetap (DPT) 412.434 orang.
Melesetnya target partisipasi yang dipasang begitu tinggi disebabkan oleh beberapa faktor. Namun apapun itu, pihaknya tidak mengelak, jika target yang dipasang sendiri dan target secara nasional gagal dicapai, tetapi justru melampaui target KPU Bali.
“Secara nasional ditargetkan 80 persen dan kita kurang sedikit, tapi secara target KPU Provinsi Bali kita melampaui,” kata Yusa Arsana didampingi Komisioner KPU Badung lainnya, saat diwawancarai awak media di Kantor KPU Badung, Selasa, 17 Desember 2024.
Disebutkan, bahwa partisipasi Pilkada selalu berada dibawah partisipasi pemilih Pileg. Hal tersebut disebabkan Pileg dengan banyak calon dan hampir seluruh partai politik pengusung calon.
“Misalnya, satu partai ada 10 calon dan kesepuluhnya turun dan juga di partai juga begitu membuat pola sosialisasi cukup signifikan. Kalau Pilkada, pak Bupati atau pak Gubernur yang turun hanya timses,” kata Yusa Arsana, seraya menyebut hal itu menyebabkan partisipasI Pilkada lebih rendah jika dibandingkan dengan Pileg.
Usai pilkada, pihaknya akan memohon dana hibah dari pemerintah dapat dimanfaatkan untuk melakukan sosialisasi, guna merangsang partisipasi pemilih untuk aktif dan menggunakan hak pilih, sehingga semua peserta pemilu wajib melakukan hal yang sama.
“Misalnya, ada 10 calon yang diperebutkan di kecamatan Kuta Selatan, kemudian dari 10 kursi ada 18 partai bertarung. Katakan rata-rata partai mengirim 6 calon, sehingga kali 18 sedemikian orang secara masif melakukan sosialisasi,” tambahnya.
Bandingkan dengan Pilkada, lanjutnya sehingga kinerja mesin partai di tingkat ranting dan anak ranting juga digerakkan sedemikian masif.
“Jangan sampai sosialisasi hanya dilakukan oleh paslon saja. Menunggu paslonnya datang, tapi ketika tidak ada paslon mesin partainya tidak bergerak. Ini juga menjadi penting dan harus dilakukan komunikasi dengan kawan pengusung paslon, supaya capaian tingkat partisipasi bisa meningkat,” pungkasnya. (red/tim).