Kontras!!! Hari Lingkungan Hidup Sedunia Bikin Abrasi Semakin Parah di Pantai Manggolan Kusamba Klungkung

Jbm.co.id-KLUNGKUNG | Setiap 5 Juni ditetapkan sebagai Hari Lingkungan Hidup Sedunia, dengan mengutip edaran Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) RI. Pada hari ini, semua negara sedunia memperjuangkan isu-isu lingkungan.
Hari Lingkungan Hidup Sedunia ini mengambil tema “Ending Plastic Polution” atau yang diterjemahkan menjadi “Hentikan Polusi Plastik”.
Tema tersebut dipilih dengan pertimbangan dampak signifikan pencemaran plastik pada lingkungan, kesehatan masyarakat, dan makhluk hidup lainnya.
Arahan Presiden RI Prabowo Subianto, bahwa target pengelolaan sampah plastik harus mencapai sebesar 50 persen pada 2025 dan 100 persen pada 2029.
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2025 ini dilaksanakan dengan gerakan nasional “Apel Bersama dan Aksi Bersih Sampah Plastik”, diadakan serentak di seluruh wilayah Indonesia, Kamis, 5 Juni 2025.
Aksi mencakup bersih pantai, bersih sungai, bersih lingkungan sekolah dan kampus, bersih pasar, bersih rumah ibadah, bersih desa/kelurahan, dan lokasi lainnya.
Mirisnya, saat momentum Hari Lingkungan Hidup Sedunia sangat kontras dengan kondisi abrasi yang terjadi di pesisir Pantai Monggalan, Desa Kusamba, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung semakin parah.
Meski situasi sudah parah, hingga kini belum ada kepastian penanganan berupa tanggul pengaman pantai akan dilakukan.
Anehnya, rumah-rumah warga Kusamba ambruk diterjang ombak, sekaligus mengikis warisan budaya tradisi pembuatan garam tradisional Bali yang telah berjalan secara turun-temurun.
Namun, Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali-Penida merencanakan penanganan darurat dengan memasang geobag, yaitu bantalan berisi pasir atau tanah sebagai penahan sementara.
Jika tidak ditangani dengan baik, maka laju abrasi semakin cepat, sehingga dikhawatirkan seluruh pemukiman dan lahan garam bisa hilang dalam 5 tahun mendatang.
Menyikapi hal tersebut, Partai Garda Republik Indonesia (GARUDA) Provinsi Bali dibawah pimpinan I Gusti Agung Ronny Indra Wijaya Sunarya (Gung Ronny) meninjau langsung kondisi abrasi di pesisir Pantai Monggalan, Desa Kusamba, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung, Kamis, 5 Juni 2025.

Ketua Partai Garuda Bali I Gusti Agung Ronny Indra Wijaya Sunarya, yang akrab disapa Gung Ronny menyatakan Pemerintah dinilai telat mengantisipasi kondisi Pantai Monggalan, Desa Kusamba yang mengalami abrasi sangat parah.
“Kemana saja selama ini Pemerintah Klungkung ini tidur. Jangan saat Pemerintah butuh masyarakat, justru masyarakat diharapkan hadir, tapi saat masyarakat butuh Pemerintah kemana??,” kata Gung Ronny.
Selaku orang Hindu, Gung Ronny menangis, saat melihat kondisi pelinggih yang tergerus abrasi sangat parah.
Soal timpang tindih kewenangan Balai Wilayah Sungai (BWS) dengan Pemkab Klungkung, Gung Ronny justru geram, karena hal ini bukan lagi berbicara kewenangan, tapi sudah menyangkut masalah kemanusiaan, lantaran
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Klungkung punya hak berbicara, untuk bisa mencari anggaran dana, guna mengatasi kondisi abrasi yang semakin parah.
“Jangan menunggu ketok dari pusat turun ke bawah. Kalau tidak dari bawah munculkan ke atas tidak akan terjadi. Masyarakat sudah keburu tenggelam, ini daerah akan hilang kalau Pemerintah tidak cepat mengambil tindakan,” tegasnya.
Soal bersurat ke DPRD, Gung Ronny bakal meneruskan ke Pusat sesuai arahan DPP agar bersurat resmi ke Presiden Prabowo Subianto dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) RI atas kondisi abrasi yang semakin parah dan mengaku tidak main ke DPRD lagi.
“Kami tidak percaya DPRD, karena DPRD sekarang ada dimana, tapi saat butuh suara mereka turun. Sebenarnya ini bukan hanya Bupati, tapi Gubernur pun harus turun melihat, ini masyarakat Bali dan masyarakat mereka, rakyat serta warga mereka dan saudara kita semua,” tegasnya.
Patut diketahui, bahwa Kusamba bukan hanya desa nelayan, tapi terkenal sebagai pusat budaya pembuatan garam tradisional Bali hingga go internasional.
Jika berbicara pelestarian, Gung Ronny menilai garam tradisional Bali inilah sebagai jejak-jejak budaya yang ada di Desa Kusamba, Klungkung.
“Ini yang harus diperhatikan. Semua jangan juga kita terlalu berharap, tapi kita harus melakukan aksi buat saudara-saudara kita semua,” terangnya.
Soal fenomena alam disebutkan hal tersebut sebagai pergeseran lempengan bumi, yang dianggap kondisi bumi sudah lelah, sehingga pihaknya harus belajar memperbaiki semua kondisi bumi demi anak cucu masa mendatang.
“Jangan sampai anak cucu kita tidak tahu ada garam disini. Pernah baca, tapi saya pun orang Denpasar tidak terlalu tahu kalau disini ada jejak-jejak petani garam, tapi mana petani garam kok saya tidak ada lihat sekarang. Mungkin mereka sudah tergerus oleh ombak hingga habis,” paparnya.
Hal senada juga disampaikan Sekretaris DPD Partai Garuda Provinsi Bali, Agus Bayu Adiputra, yang menyebutkan abrasi Pantai Kusamba perlu sentuhan dari seluruh komponen terkait. Dalam arti dilakukan sejumlah kegiatan aksi kemanusiaan, untuk menyentuh khalayak hidup orang banyak.
“Jadi, kami dari Partai Garuda menggugah ke seluruh komponen, apalagi yang ada di Kabupaten Klungkung, khususnya untuk bisa memberikan solusi terbaik dalam mengatasi abrasi di Pantai Kusamba,” kata Bayu Adiputra.
Apalagi, kejadian abrasi di Pantai Kusamba sudah berlangsung sangat lama, yang diakui abrasi kali ini yang paling parah.
Mirisnya, kondisi abrasi ini menjadi satu momentum bersejarah memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia, yang diharapkan bisa memberikan dampak dan manfaat positif bagi masyarakat, khususnya yang ada di daerah pesisir pantai Kabupaten Klungkung, terutama daerah Kusamba.
“Pada hari ini, kami secara langsung melihat dampak abrasi sangat luar biasa. Solusinya, kita tata kembali pesisir pantai Kusamba bersama Pemerintah yang dialokasikan dari anggaran dana manapun,” paparnya.
Untuk itu, masyarakat terdampak abrasi seharusnya diberikan relokasi dan diharapkan Pemerintah mencarikan solusi atas permasalahan abrasi yang menerjang pesisir pantai Kusamba.
“Kalau kita bicara kemanusiaan, dimana lagi mereka yang ada disini untuk diungsikan, karena abrasi ini memang benar-benar harus diberdayakan dengan sungguh-sungguh. Jika hanya setengah hati, ya seperti ini kondisinya,” kata Bayu Adiputra.
Tak hanya itu Bayu Adiputra yang sendiri asli dari Klungkung merasa prihatin melihat tempat ini terkena abrasi, karena informasi dari masyarakat, sebelumnya posisinya berada 100 meter kedepan, tapi, sekarang kondisinya sudah tergerus hampir habis. Meski demikian, penanganan masalah abrasi
sebenarnya sudah masuk ranah Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat.
Menyikapi hal tersebut, Partai Garuda Bali mendorong Pemerintah Kabupaten untuk bisa sebagai pionir, dalam menangani masalah abrasi.
“Masak kita kalah dengan KDM (Kang Dedy Mulyadi) yang bahasanya dia action sendiri bisa dilakukan. Nah, disini bisa putra daerah lebih banyak bisa action,” tambahnya.
Selain itu, pihaknya menggugah Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Klungkung yang sekarang
untuk bisa lebih kreatif, dalam mengakomodasi semua program yang menyentuh kepentingan rakyat.
“Nah, itu dia jangan sampai rumah ini habis, baru turun action. Mendingan kita action dulu, baru kita rapatkan dan sebagainya.
Jika bercermin ke daerah lainnya. Mengapa daerah lainnya bisa, mengapa kita tidak bisa. Apa yang kita kurang,” urainya.
Oleh karena itu, pihaknya memberikan saran dan masukan kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Klungkung, agar segera mencari solusi terbaik, untuk mengantisipasi abrasi di Klungkung, terutama di Pantai Kusumba.
“Kami selalu hadir terdepan. Dalam arti, kami partai yang notabene baru. Kami selalu ada dalam setiap hal untuk lingkungan sekaligus menyentuh hati masyarakat,” ungkapnya.
Soal turun ke lapangan diakui bukan berarti baru ada kejadian, tadi sebelum kejadian, pihaknya sudah turun menangani setiap permasalahan yang ada di tengah-tengah masyarakat.
“Jika Pemerintah tidak ada action, maka kita yang action. Apakah kita mau pergerakan atau gimana tinggal kita lihat action. Kalau memang belum ada, kita turun saja,” jelasnya.
Tak hanya itu, pihaknya dari Partai Garuda Bali berupaya sebagai pelopor, yang langsung bergerak mencarikan solusi tak hanya sekedar wacana. Buktinya, pihaknya turun ke lapangan yang segera melakukan eksekusi terkait masalah tersebut.
“Kita tidak mau dalam bahasanya take only atau wacana saja, tapi kita action. Walaupun kita bahasanya sebagai bukti nyata kecil, tapi kita lakukan, kerja, kerja dan kerja. Prinsip Pemerintah terdahulu sangat bagus, tapi kalau tidak diterapkan hanya wacana saja, untuk apa. Akhirnya kita action saja,” tandasnya.
Sementara itu, Perwakilan Masyarakat Terdampak, Nengah Sanggra mengucapkan terima kasih atas bantuan Partai GARUDA Bali yang telah memberikan bantuan sembako.
“Hidup saya yatim piatu. Bantuan seperti ini banyak saya terima dari desa sekitar 10 bantuan terkait sembako,” ungkapnya.
Diakui, bahwa masyarakat terdampak telah pindah tempat tinggal, dengan diberikan lokasi lainnya.
“Saya sudah menerima bantuan rumah, tapi belum diperbaiki. Sementara, saya tinggal di rumah keponakannya. Bagi saya, sangat setuju dibuatkan penahan ombak,” pungkasnya. (ace).



