Acara Pamitan, Pj Gubernur Bali dan Puri Kauhan Ubud Kompak Serahkan Kenang-Kenangan Munculkan Istilah Ngerombo

Jbm.co.id-GIANYAR | Pj Gubernur Bali Sang Made Mahendra Jaya dan Ketua Yayasan Puri Kauhan Ubud, Dr. AAGN Ari Dwipayana menyerahkan sejumlah kenang-kenangan kepada para sulinggih dan penglingsir di Puri Kauhan Ubud, Kabupaten Gianyar, Senin, 3 Pebruari 2025.
Ketua Yayasan Puri Kauhan Ubud, Dr. AAGN Ari Dwipayana menyerahkan sejumlah buku sebagai hasil karya dari Yayasan Puri Kauhan Ubud terkait dengan kegiatan Yayasan Puri Kauhan Ubud, yakni proses yang ada dalam Festival Sastra Saraswati Sewana.
Mengingat, dalam empat tahun terakhir ini, Yayasan Puri Kauhan Ubud menyelenggarakan Sastra Saraswati Sewana, pada tahun 2021 hingga 2024, yang salah satu temanya adalah Niti Raja Sesana.

Demikian disampaikan Ketua Yayasan Puri Kauhan Ubud, Dr. AAGN Ari Dwipayana, saat acara Pamitan Pj Gubernur Bali Sang Made Mahendra Jaya di Puri Kauhan Ubud, Kabupaten Gianyar, Senin, 3 Pebruari 2025.
“Kalau Bapak Pj Gubernur Bali itu menyerahkan kitab suci Weda yang selalu diserahkan kepada berbagai pihak di Bali, salah satunya para Sulinggih saat acara Pamitan Pj Gubernur Bali,” kata Ketua Yayasan Puri Kauhan Ubud, Dr. AAGN Ari Dwipayana yang juga
Koordinator Staf Khusus Presiden Periode 2019-2024.
Tidak hanya Sulinggih saja, lanjutnya Kitab Suci Weda juga diberikan kepada berbagai pihak, saat datang ke Pura dan berbagai tempat, termasuk di Puri Kauhan Ubud.
Selama menjabat sebagai Pj Gubernur Bali, diakui Ari Dwipayana sering saling berdiskusi untuk bersama-sama menyelesaikan berbagai permasalahan di Bali.
“Karena masalah di Bali cukup kompleks dan juga perlu perhatian serius kita bersama, mulai masalah sampah, kemacetan, keamanan, ketimpangan ekonomi hingga masalah wisatawan asing,” kata Ari Dwipayana.
Selain itu, juga dibahas upaya memperkuat sektor pertanian yang bersinergi dengan sektor pariwisata serta pengembangan ekonomi kreatif.
“Jadi, beberapa hal yang kita diskusikan tidak hanya satu isu, tapi berbagai isu yang seringkali kita lakukan melalui WA supaya komunikasi bisa cepat tidak perlu formal dan lain-lain,” terangnya.
Dari hasil diskusi tersebut, lanjutnya muncul istilah Ngerombo, lantaran masalah Bali cukup berat dan waktu pendek, maka suatu cara untuk menghadapi sejumlah permasalahan melalui Ngerombo atau Gotong Royong.
“Ngerombo itu seperti kita ngangkat bade, itu khan tinggi dan berat. Kalau ngangkat secara bersama-sama itu tentu saja akan menjadi ringan. Jadi, itu filosofi dari Ngerombo itu. Itu juga filosofi bangsa kita yang disebut Gotong Royong,” tutupnya. (ace).