Kemenhub Sempurnakan Alur Pelayaran Benoa Dukung Penuh BMTH Sebagai Pusat Pariwisata Maritim Unggulan di Indonesia

Jbm.co.id-DENPASAR | Kementerian Perhubungan melalui Direktorat Kenavigasian terus memperkuat infrastruktur pelayaran nasional dengan menyempurnakan penetapan alur pelayaran Pelabuhan Benoa. Langkah ini menjadi bagian penting dalam mendukung program Bali Maritime Tourism Hub (BMTH) yang menjadikan Pelabuhan Benoa sebagai pusat pariwisata maritim unggulan di Indonesia.
Kegiatan bertajuk Sinkronisasi Teknis Review Keputusan Menteri Perhubungan (Kepmenhub) Nomor KP 3 Tahun 2017 diselenggarakan di Distrik Navigasi (Disnav) Kelas II Benoa, Denpasar, Selasa, 11 November 2025.
Acara ini dibuka secara resmi oleh Kasubdit Penataan Alur dan Perlintasan Kemenhub, Anis Faridi, mewakili Direktur Kenavigasian.
Turut hadir berbagai pemangku kepentingan strategis, seperti perwakilan Direktorat Kepelabuhanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Pushidrosal, Biro Hukum Kemenhub, KSOP, Pelindo, asosiasi pandu, nelayan, serta Polri dan Basarnas.
Berbagai paparan disampaikan, di antaranya mengenai sinkronisasi dan revisi alur pelayaran Benoa agar sesuai dengan kebutuhan terkini, pembangunan Pelabuhan Serangan dalam Rencana Induk Pelabuhan (RIP), serta penyesuaian DLKr/DLKp Pelabuhan Benoa.
Anis Faridi menegaskan bahwa revisi aturan lama diperlukan agar sejalan dengan meningkatnya lalu lintas kapal di Benoa.
“Kita akan menambah kolam putar di Area Pengembangan (AP) 1 dan AP 2. Juga ada penambahan rambu-rambu, termasuk penggantian rambu penuntun yang dinilai sudah tidak efektif lagi dengan lampu sektor,” terangnya.
Lampu sektor tersebut akan memandu kapal saat memasuki pelabuhan untuk meningkatkan keselamatan navigasi. Kolam putar yang semula berdiameter 410 meter akan diperluas menjadi 520 meter, dengan tambahan kolam baru di AP 2 berdiameter sekitar 300 meter.
Faridi juga menegaskan, sistem one-way dan two-way tetap diberlakukan. “Kapal di bawah 70 meter dapat menggunakan sistem dua arah, sedangkan kapal di atas 70 meter seperti kapal pesiar tetap satu arah demi keselamatan,” paparnya.
Sementara itu, Kepala Disnav Benoa Budi Setia menilai sinkronisasi ini penting untuk menjamin keselamatan kapal yang beroperasi di Benoa.
“Harapannya, dengan penetapan alur yang lebih komprehensif, keselamatan kapal yang masuk dan keluar Pelabuhan Benoa lebih terjamin. Ini didukung dengan sarana seperti Vessel Traffic Service (VTS) dan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP),” ujar Budi.
Ia menambahkan, zona labuh kapal ikan juga akan ditata ulang. “Ada usulan untuk menghilangkan zona labuh kapal ikan dan kapal mati yang ada saat ini karena dianggap sudah tidak sesuai dari segi keselamatan, terutama saat cuaca buruk,” jelasnya.
Langkah ini sejalan dengan pengembangan Pelabuhan Perikanan Pengambengan (PPN) Jembrana, yang diarahkan menjadi eco fishing port modern sebagai bagian dari ketahanan pangan nasional. Nantinya, kapal perikanan di Benoa akan dialihkan ke sana, sementara Pelabuhan Benoa difokuskan menjadi pusat pariwisata maritim (BMTH) dan home port kapal pesiar internasional.
Faridi menutup dengan penjelasan mengenai tahapan selanjutnya. “Setelah sinkronisasi ini, Disnav Benoa harus melengkapi seluruh dokumen pendukung untuk diverifikasi Direktorat Kenavigasian Pusat, lalu ke Biro Hukum, sebelum akhirnya ditetapkan menjadi Keputusan Menteri baru,” paparnya.
Dengan penyempurnaan alur pelayaran ini, diharapkan efisiensi, keselamatan, dan keamanan kapal di perairan Bali meningkat signifikan seiring bertumbuhnya kunjungan kapal pesiar ke Pulau Dewata. (red).




