Puspa Negara Soroti Empat Masalah Destinasi Menuju Pariwisata Kuat dan Berkelanjutan

Jbm.co.id-BADUNG | Tak hanya macet dan sampah, destinasi pariwisata di Kabupaten Badung masih banyak mengalami masalah yang segera ditangani dengan serius.
Mengingat, destinasi itu dibangun oleh empat standar pembangunan dan pengembangan pariwisata yang kuat dan berkelanjutan.
Demikian disampaikan Anggota Komisi I DPRD Kabupaten Badung Wayan Puspa Negara di Kabupaten Badung, Senin, 30 Juni 2025.
Standar pembangunan destinasi, yang pertama fasilitas atau dikenal dengan infrastruktur, yang dianggap masih seperti kerangkap tumbuh di batu dalam arti hidup segan mati tak mau.
Jika dilihat perkembangan destinasi lainnya di dunia, mereka sangat meng-upgrade insfratruktur menuju World Class Infrastructure.
Sementara itu, harus diakui insfratruktur mengalami persoalan yang harus segera dilakukan Beautifikasi atau perbaikan insfratruktur secara menyeluruh di kawasan destinasi pariwisata, jika mau menjadi destinasi berkelanjutan.
“Didalam infrastruktur itu khan masih ada jalan berlubang, kabel yang semrawut hingga tiang beranak dan bercucu, kemudian air yang masih tergenang dimana-mana, begitu hujan sedikit saja, sudah ada genangan atau banjir. Hal ini menjadi persoalan di destinasi,” terangnya.
Setelah infrastruktur, masalah kedua adalah Safety and security atau keamanan dan kenyamanan. Hal ini juga mengalami persoalan, yang hampir setiap hari didengar masalah copet dan jambret di destinasi, termasuk tingginya tingkat pelanggaran perilaku wisatawan di daerah destinasi.
“Misalnya, wisatawan menganiaya wisatawan lainnya, warga berkelahi dengan wisatawan hingga wisatawan melanggar lalu lintas, termasuk aksi-aksi wisatawan yang mengarah kepada Gangster, seperti penembakan wisatawan beberapa waktu lalu yang mengakibatkan tewasnya WNA Australia,” paparnya.
Meski pelaku sudah ditangkap dari WNA juga, tapi juga masih ditemukan beberapa pelanggaran yang dilakukan wisatawan, seperti masalah skimming dan penipuan online.
Selain itu, juga masalah lingkungan yang terdegradasi sangat luar biasa hingga alih fungsi lahan yang tinggi serta penentuan zonasi yang mengakibatkan tata ruang menjadi semrawut.
“Hal ini juga menjadi persoalan Lahan Sawah Dilindungi (LSD) dan Lahan Pertanian Produktif Berkelanjutan (LP2B) ini juga menjadi persoalan, kemudian papan-papan jalur hijau juga tampak hilang. Hal tersebut seharusnya diperkuat kembali terkait jalur hijau,” bebernya.
Masalah keempat, lanjutnya menyangkut branding, pemasaran atau promosi, yang harus terus digencarkan secara berkelanjutan, baik promosi dalam negeri maupun luar negeri, yang seharusnya ada komunikasi dengan pihak penyelenggara luar negeri.
“Sementara kita mendapat promosi yang buruk dari Vodor Travel USA yang menyatakan bahwa Bali tidak layak dikunjungi di tahun 2025, karena persoalan sampah, macet, insfratruktur, keamanan dan kenyamanan,” urainya.
Bahkan, baru-baru ini, Australia mengeluarkan Travel Warning berkaitan dengan keamanan dan kenyamanan warganya di Bali.
“Begitu Australia mengeluarkan Travel Warning, tiga hari kemudian terjadi penembakan WNA Australia. Jadi, kita harus perkuat keamanan di destinasi,” tegasnya.
Oleh karena itu, Puspa Negara mengusulkan agar segera hadir kembali Tourism Police atau Polisi Pariwisata yang menjaga destinasi, seperti dulu, sebelum pandemi Covid-19.
Untuk itu, Puspa Negara berharap, saat HUT Bhayangkara ke-79, Polri lebih banyak terjun di daerah destinasi menjaga lalu lintas dan menjaga titik-titik penting di kawasan strategis 24 jam melalui berpatroli dan seterusnya.
“Jadi, kenyamanan dan keamanan bisa dirasakan oleh masyarakat. Kalaupun terjadi sesuatu, cepat bisa dikomunikasikan,” tambahnya. (ace).