Putu Suasta: Catatan Lawas Tersisa di Universitas CORNELL, Amerika Serikat
Jbm.co.id-AMERIKA SERIKAT | Saya baru saja datang dari perjalanan yang cukup jauh, minggu yang lalu. Saya pergi ke New York City, New Jerscy (Princeton University) dan Pensylvania. Kesempatan ini bisa diperoleh, karena ada libur semester dari Universitas Cornell selama 12 hari. Kalau di Indonesia semacam libur pertengahan menjelang ujian akhir.
Berangkat dari Kampus Cornell Ithaca ke New York ditempuh dengan durasi waktu 5-6 jam naik Bus Greerhound yang sangat menyenangkan, karena di Amerika Serikat sedang terjadi peralihan musim dari panas hangat, dingin dan salju ditambah lagi dengan udara dingin yang berembus kencang menembus sampai ke tulang sumsum dengan temperatur 5 derajat celsius.
Di kiri kanan jalan raya, pohon ditanam rapi diselingi dengan hutan-hutan yang kecil seolah-olah melenggang di tengah hutan belantara. Dari kejauhan hutan yang berbukit tampak seperti hamparan perbukitan pertanian tampak rapi indah sekali. Jalan raya lebar, besar, teratur terstruktur dan lurus sepanjang ratusan kilometer dengan tanpa ada belokan yang berarti.
Arus lalu lintas walaupun padat namun berjalan tertib, disiplin dan teratur.Kecepatan kendaraan diatur oleh rambu-rambu dipinggir jalan, sehingga salip menyalip relatif jarang terjadi, seperti kebut-kebutan di jalan raya misalnya.
Pengemudi disini sangat tertib dan disiplin, mungkin saja ada pengaruh dari peraturan lalu lintas yang ketat dan berkoridor hukum keras, kesadaran terhadap keselamatan bersama dan sanksi yang tanpa kompromi terhadap pelanggaran peraturan lalu lintas.
Keadaan ini secara total menyebabkan angka kecelakaan relatif kecil. Memang penghargaan terhadap hak orang dan kewajiban secara sosial adalah kenyataan yang telah menjadi bagian dari sistem budaya Amerika. Sebab, tanpa tertib hukum dan peraturan yang keras akan menyebabkan bangsa Amerika yang multi etnis ini akan kacau. Sebab tarikan daerah asal masih terasa kuat dalam sistem masyarakat, terutama kalau terkait dengan soal-soal politik, seperti pemilihan gubernur atau walikota misalnya.
Metropolitan New York luar biasa besarnya dari kejauhan kota ini tampak seperti lukisan yang dibingkai tampak kerumitan dan keteraturan. Apalagi di malam hari hanya tampak kelap-kelip jutaan lampu yang menjulang tinggi.
Memang serba raksasa. Sistem transportasi di kota New York serba rumit dan memusingkan. Tak hanya bagi orang yang baru datang, tapi juga bagi penduduk kota sendiri yang sering juga bingung dalam menggunakan transportasi umum.
Untuk itu, kita harus tahu dengan pasti kemana kita akan pergi dan menggunakan apa. Peta dan buku petunjuk penggunaan bis dan kereta api bawah tanah harus selalu ada di kantong. Sebab, tanpa itu akan mudah sekali hilang tersesat. Namun, walaupun begitu, nomor telepon dari kawan-kawan yang ada di New York atau dimana saja harus disimpan baik untuk menjaga segala kemungkinan. (Belum masuk peradaban google map).
Universitas Princeton terletak di negara bagian New Jersey di suatu kota kecil Nassau, kira-kira 2 jam naik bis dari jantung kota New York. Universitas ini telah berdiri di awal abad ke 18 sehingga umurnya lebih dari 250 tahun.
Princeton adalah salah satu universitas kelas satu di Amerika Serikat. Arealnya sangat luas, gedung-gedungnya banyak yang tua dan bersejarah, sehingga menambah angkernya universitas ini.
Disini saya tinggal di rumah Prof Hildred Geertz Hildred Geertz dan menaruh perhatian yang besar sekali pada kebudayaan Bali.
Salah satu karyanya bersama Clifford Geertz adalah Kinship in Bali yang banyak dipakai sebagai literatur pokok di departement Anthropology di sejumlah Universitas Amerika dan universitas di seluruh dunia.
Karya-karya tentang Bali yang berupa thesis, buku-buku ataupun paper paper yang tersebar di seluruh dunia sedang dikumpulkan oleh Hildred Geertz dan kawan-kawannya yang nantinya akan dibuat perpustakaan yang khusus mengkaji soal-soal yang berkaitan dengan Bali. Hal ini tentu akan mempermudah mendapatkan data bagi mahasiswa, pemerintah ataupun peneliti Indonesia maupun dari luar negeri.
Pengumpulan karya-karya tentang Bali ini juga bisa memperluas cakrawala orang Bali sendiri tentang berbagai aspek kebudayaannya. Proses ini penting untuk melihat manusia Bali, dinamika kultural dan sosialnya dengan lebih cermat, tajam terbuka, jujur dan bertanggung jawab. Karena, dengan analisa sosial yang lebih tajam akan dapat mengantisipasi arah perkembangan masyarakat.
Hidup di Amerika dalam kenyataannya tidak seindah yang dibayangkan orang. Banyak suka duka yang mengikutinya, mulai dari salah pengertian terminologi bahasa sampai pada konsep etika pada hubungan sosial. Kemandirian adalah harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar, karena segala urusan harus diatasi sendiri.
Untuk itulah, kepekaan dan pengelolaan informasi dalam kondisi hidup disini akan membantu meringankan masalah-masalah keseharian yang tidak pernah selesai, seperti mencari pakaian hangat untuk musim dingin yang harganya paling murah dengan kualitas sama bagi mahasiswa Indonesia yang kantongnya pas-pasan, maka informasi, dimana loakan pakaian bekas akan sangat membantu mensiasati kondisi keuangan. Di sini baru terasa bagaimana informasi itu melimpah dan memainkan peran yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari.
Disisi lain, manfaat hidup di Amerika in adalah bertemu dengan masyarakat Amerika yang sangat heterogen sosial, pendidikan, latar belakang sampai pada pandangan politiknya. Implikasit adalah pemahaman masyarakat Amerika akan menjadi lebih baik.
Bahkan, di Amerika masalah-masalah sosial yang terkait dengan kehidupan rakyat banyak, selalu dibicarakan secara terbuka. Karena diskusi dan dialog secara terbuka sudah merupakan bagian integral dari dinamika sosial.
Mass media disini mempunyai peranan yang sangat ampuh sebagai sarana ekonomi, alat politik dan juga sebagai sendi dari kontrol sosial. Dalam sistem masyarakat Amerika siapapun bisa dikritik, asalkan ada bukti-bukti yang kuat yang melatarbelakanginya. Tanpa itu, tanpa bukti-bukti yang cukup kuat, maka akan terjadi sebaliknya, yaitu orang yang dikritik akan membawa ke pengadilan orang yang mengritik yang akhimya bisa pada tuntutan ganti rugi sejumlah uang yang sangat besar. Disinilah peranan lembaga pengadilan sangat penting dalam sistem negara hukum Amerika.
Disini pula kita bisa melihat bagaimana sistem Trias Politica itu bekerja dan bagai
mana Demokrasi Barat itu berjalan. Lembaga lembaga politik dan sosial disini jelas fungsi dan wewenangnya, sehingga dapat dimonitor, apakah suatu lembaga sudah keluar dari pagar pagar hukum wewenangnya atau bagaimana. Semua itu, dapat diketahui langsung oleh masyarakat melalui saluran mass media yang memberi informasi secara langsung pada masyarakat.
Dengan demikian, kepastian hukum
menjadi dasar kekuatan masyarakat. Semua lembaga dan prakteknya diperiksa secara terbuka, termasuk lembaga intelijennya yang mana di negara lain keadaan, seperti ini sangat sulit terjadi.
Mawas diri, dikoreksi, dialog total dan terbuka berjalan secara jujur dan terus menerus. Kekuasaan ditundukkan pada hukum tidak setengah-tengah, tapi hampir total. Mungkin kita akan sependapat dengan Ruslan Abdulgani dalam suatu tulisannya di Kompas, bahwa disinilah justru kekuatan ketahanan nasional, Bangsa Amerika.
Semua bangsa dan semua pemimpin pernah berbuat salah. Tetapi ada keberanian dan ketahanan jiwa. Ada mekanisme lembaga yang setiap kali mampu mengoreksi dan semua itu sekalipun seringkali kita dibuat menahan
nafas atas cara-caranya, toh semuanya berlangsung dengan tanpa menggoncangkan elemen elemen orde nasional, tanpa menimbulkan ketakstabilan. Itu pertanda suatu kematangan jiwa bangsa dan lembaga.
Kemampuan dan keberanian berdialog dengan dirinya sendiri secara tuntas dan terbuka. Bukankah itu pangkal dari kesanggupan regenerasi yang merupakan embrio dari potensi renaissance.
Apakah yang kita harapkan dari Bangsa Amerika sebagai sesama umat manusia? agar proses mawas diri ini tidak hanya terbatas pada skala nasional, tapi mondial.
Adalah Mc Namara sendiri, salah seorang pembuka cakrawala baru peta bumi umat manusia, Utara Selatan. Bangsa-bangsa hidup mewah. Bangsa-bangsa hidup melarat. Hampir dua pertiga umat manusia, kondisi hidupnya semakin ditinggalkan oleh kelimpah ruahan bangsa negara industri.
Memang ada jurang teknologi, ada jurang
akumulasi modal. Ada jurang kesanggupan teknologi dan ada pula hambatan nilai-nilai budaya. Tetapi, sebab pokoknya bukanlah disana. Sumber pokoknya adalah tata hubungan ekonomi yang belum berubah secara fundamental yang masih meneruskan pola hubungan ekonomi kolonial dan imperial jaman pertengahan, hanya disertai perbaikan-perbaikan kecil.
Inilah peranan baru yang kita harapkan dari Bangsa Amerika, agar yang memperoleh kehidupan yang layak, yang bebas merdeka, yang berbahagia, sejahtera bukan hanya bangsa Amerika dan bangsa-bangsa negara industri, tapi seluruh umat manusia, agar bangsa-bangsa dari negara yang sedang membangun yang pernah dieksploitir secara politik, ekonomi dan militer diberi kesempatan yang wajar untuk mengejar ketinggalannya.
Semua itu, bukan hanya ide yang diperlukan. Ide sudah lama ada, yang dibutuhkan amat mendesak dari negara-negara yang sedang membangun adalah sikap progresif Amerika di forum-forum dialog Utara-Selatan dan forum PBB. Inilah gejolak suara umat manusia sekarang.
Untuk menjatuhkan keputusan yang progresif diperlukan mobilisasi pendapat umum bangsa Amerika. Dibutuhkan dukungan dan tekanan rakyat Amerika dan wakil mereka di kongres, dalam pemerintah dan media massa. Diperlukan mawas diri secara tuntas pula martabat
manusia dengan segala hak-hak asasinya yang dibawa sejak kelahirannya merupakan pikiran sentral pada deklarasi kemerdekaan Amerika. Karena berbagai kepentingannya tidak selalu Amerika berada dibelakang perjuangan Dunia Ketiga.
Pandangan terhadap arus sejarah ada kalanya meleset. Barangkali, karena keaslian jiwa Deklarasi dikaburkan oleh berbagai kepentingan kelompok kapital. Seringkali kita dibuat kecewa, karena bangsa Amerika tidak memihak pada perjuangan dan usaha besar untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan manusia yang layak dan bebas
mengusahakan kesejahteraan usaha historis ini masih tetap gegap-gempita sampai sekarang ini.
Kita saksikan suatu koinsidensi besar pada Bangsa Àmerika dewasa ini. Mereka sedang berada pada proses mawas diri dan proses regenerasi. Kali ini mudah-mudahan lebih berhasil pula Bangsa Amerika ikut menjawab tantangan sejarah, yaitu membagi kehidupannya yang layak, bebas, sejahtera dan damai dengan bangsa-bangsa lain, ikut secara progresif terlibat menghapuskan kepincangan tata hubungan Utara-Selatan, yang menghambat usaha maju bangsa-bangsa
yang sedang membangun.
Oleh: Putu Suasta
Dept.Modern Languages and Linguistics 23 Momill Hall Cornell University Ithaca, New York 14853.