Berita

Hindari Marabahaya, Desa Adat Sangeh Laksanakan Upacara Nangkluk Merana

Mangupura, Jarrakposbali.com | Berbagai fenomena atau pun gangguan keseimbangan alam yang terjadi baik berupa bencana, wabah penyakit, gejolak sosial yang terjadi di dunia ini selalu disikapi dengan bijak dari dua sisi oleh masyarakat Bali yang notabene nya beragama Hindu.

Bagi umat Hindu alam itu akan amat bersahabat bila diperlakukan dengan baik, begitu juga berlaku sebaliknya.Oleh karena itu dalam menyikapi terjadinya fenomena alam selalu disikapi dari dua sisi.

Sisi pertama dipandang dari sisi sekala( alam nyata) di mana suatu marabahaya terjadi karena faktor ulah manusia.Dan yang kedua yaitu dipandang dari sisi niskala(alam kasat mata) yang keberadaannya sulit diprediksi.

Advertisement
Jro Mangku I Made Mandra,S.Pd., M.Pd., Ketua PHDI Desa Adat Sangeh

Dan hari ini, Senin(6/3/2023) bertepatan dengan Purnama Sasih Kesanga Desa Adat Sangeh menyelenggarakan Upacara Nangkuk Merana sebagai upaya secara niskala menangkal terjadinya berbagai bencana, penyakit, pertikaian dan semua kejadian yang tidak kita inginkan.

Jro Mangku I Made Mandra,S.Pd.,M.Pd. selaku Ketua PHDI Desa Adat Sangeh,mengajak warga melaksanakan upacara tersebut dengan penuh rasa bakti. “Titiang mohon kepada Kerama Adat Sangeh agar melaksanakan Upacara Nangkuk Merana ini dengan penuh rasa dreda bakti sesuai dengan petunjuk yang sudah kami sebarluaskan. Semoga dengan upacara ini kita semua mendapatkan kerahayuan, terhindar dari segala marabahaya dan dari segala hal yang tidak kita inginkan,” pintanya.

Lebih lanjut Ketua PHDI asal Banjar Muluk Babi, Sangeh ini juga mengharapkan aktualisasinya secara nyata dalam berkontribusi menangkal datangnya bencana.

“Hari ini saat Purnama Sasih Kesanga kita nunas ica menangkal bahaya secara niskala, namun secara sekalanya, secara nyata mari kita aktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari dengan menjaga kebersihan lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan yang dapat menyumbat aliran air, bau busuk dan mengotori lingkungan. Karena cara kita memperlakukan alam juga akan menentukan bagai mana alam akan memperlakukan kita.Itu hukum timbal balik alam. Nirgawe, alias rugi kita melaksanakan upacara besar dengan biaya banyak apabila kita masih saja mengotori lingkungan,”tegas mantan insan pariwisata ini mengakhiri pembicaraan nya.(bratayasa/megga)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button