BadungBeritaDaerahSeni Budaya

Hari Kartini Bersama Srikandi Mixed Marriage Bali, PETANESIA Denpasar Tampilkan Busana Adat Aceh

Jbm.co.id-BADUNG | Mengingat, pakaian adat se-Nusantara di Bali belumlah lengkap, sehingga koleksinya diperkenalkan dari berbagai daerah di Indonesia, yang lengkap dimulai dari Aceh hingga Papua.

“Saya melihat pakaian adat disini belum lengkap, saya ingin Ant Collection ini adalah satu-satunya koleksi yang bisa disewakan dari berbagai daerah di Nusantara dimulai dari anak-anak sampai dewasa,” kata Antini Margiyanti selaku Ketua DPC PETANESIA Denpasar, saat diwawancarai awak media pada Hari Kartini di Swiss Belhotel Rainforest Sunset Road Kuta, Kabupaten Badung, Minggu, 21 April 2024.

Foto: Ketua DPC PETANESIA Denpasar, Antini Margiyanti.

Tak hanya itu, Antini juga mengucapkan selamat atas suksesnya acara Hari Kartini yang diselenggarakan oleh Srikandi Mixed Marriage Bali.

Advertisement

Disebutkan, PETANESIA merupakan Organisasi Pecinta Tanah Air Indonesia yang diakui sebagai Ketua DPC PETANESIA Kota Denpasar. Atas undangan Srikandi Mixed Marriage Bali, Antini Margiyanti mengucapkan terima kasih dengan ikut serta dalam acara peragaan busana Nusantara dengan menampilkan Busana Adat Aceh.

“Saya selaku Ketua DPC PETANESIA Denpasar ikut juga bergabung dalam acara ini. Kebetulan kami memakai pakaian adat Aceh, baju ini adalah dari Ant Collection. Kami juga menyediakan baju-baju adat bagi warga Bali yang mau menyewa, silakan langsung ke Ant Collection yang berada di Jalan Tukad Badung XIX B Denpasar-Bali,” paparnya.

Melalui peringatan Hari Kartini, Antini Margiyanti berharap seluruh perempuan Indonesia, khususnya perempuan Bali tetap semangat dan mandiri supaya kaum perempuan tetap berjaya. Mengingat, jasa Ibu Kartini yang membuat buku “Habis Gelap Terbitlah Terang”.

Diharapkan, perjuangan emansipasi Ibu Kartini menjadi patokan dan sumber inspirasi bagi perempuan Indonesia.

Meski berada di zaman milenial, namun perempuan Indonesia tidak melupakan jasa-jasa Ibu Kartini sebagai perintis dan pelopor gerakan emansipasi wanita Indonesia.

“Jangan kalah dengan laki-laki dan juga jangan pernah melupakan jasa-jasa Ibu Kartini, karena sebelum ada Ibu Kartini, kaum perempuan tidak boleh bersekolah. Setelah itu, Perempuan Indonesia bisa bersekolah,” tutupnya. (ace).

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button