BeritaDaerahEkonomiKlungkungPariwisataSeni Budaya

Delegasi IMEX 2024 Kunjungi Tempat Produksi Gamelan Gong Tari di Desa Tihingan, Klungkung

Jbm.co.id-KLUNGKUNG | Delegasi IMEX atau Indonesian Music Expo dan WOMEX mengunjungi tempat produksi Gamelan Gong Tari di Jalan Raya Tihingan Nomor 21 Tihingan, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung, Minggu, 12 Mei 2024.

Salah seorang delegasi asal Belanda, Miriam Brenner mengaku senang bisa melihat langsung proses pembuatan gamelan khas Bali secara langsung, sekaligus mengetahui cara pembuatan gamelan, yang memiliki suara merdu.

“Saya senang berada di Bali menjadi delegasi IMEX 2024 dan WOMEX. Apalagi, hari ini saya bisa melihat langsung proses pembuatan gamelan dan juga bisa belajar tentang musik Nusantara, termasuk budaya Bali,” kata Miriam Brenner yang juga selaku Produser Kokako Music.

Advertisement
Foto: Delegasi IMEX atau Indonesian Music Expo mengunjungi tempat produksi Gamelan Gong Tari di Jalan Raya Tihingan Nomor 21 Tihingan, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung, Minggu, 12 Mei 2024.

Hal senada juga diungkapkan Christine Semba sebagai delegasi yang mewakili negara Perancis dan Jerman.

“Saya sendiri sangat kagum dengan proses pembuatan gamelan yang perlu sejumlah proses tahapan yang tidak singkat,” kata Christine Semba.

Pada kesempatan yang sama, pemilik dan pengrajin Gamelan Gong Tari, I Gede Swandiyasa mengatakan, gamelan Bali semakin dikenal hingga mancanegara, meski produksi gamelan Bali ini sudah pernah dikirim ke sejumlah negara, seperti Cina, Thailand dan Amerika Serikat hingga Spanyol.

“Semoga gamelan Bali semakin tenar dan dipromosikan hingga ke segala penjuru dunia,” kata Gede Swandiyasa.

Disebutkan, nenek moyangnya yang memperkenalkan Gamelan Gong Tari, sejak zaman kerajaan Majapahit.

“Itu dari awal nenek moyangnya perkenalkan Gamelan Gong Tari. Saya hanya melanjutkan usaha nenek moyang. Ini juga anak saya melanjutkan. Kalau saya pribadi sejak tahun 1978 mulai bekerja sebagai pengrajin Gamelan Bali,” terangnya.

Menurutnya, pengrajin di Desa Tihingan Klungkung ini memiliki kemampuan untuk mencocokkan nada gamelan hingga menyetel nada yang dipelajari secara turun-temurun.

Bahkan, sambil menempa bahan baku gamelan dilakukan tahapan menyetel nada hingga diperhitungkan berat bahan baku supaya bunyi nada yang tepat dan sesuai.

“Nada gamelan itu khan banyak, ada tiga jenis nada meliputi pelog, sinaren dan selisir. Jika selisir ada 7 nada, sinaren ada 5 nada dan demung ada 3 nada,” terangnya.

Sementara, bahan baku pembuatan gamelan Bali berasal dari unsur campuran tembaga dan timah putih, yang diperoleh dari Pulau Bangka.

“Sekian persen tembaga dan sekian persen timah putih. Kalau tidak itu tidak dipakai bahannya, maka tidak bisa digunakan. Kalau dipukul bisa pecah dia. Jadi, komposisi campuran harus pas. Kalau kelebihan timah putih tidak bisa digunakan, kekurangannya timah juga tidak bisa digunakan,” terangnya.

Komposisi campuran timah putih dan tembaga berlaku untuk seluruh gamelan Bali, termasuk terompong, reong, gangsa, jegogan, juplak, pemade dan kantilan.

“Itu ilmu pembuatan gamelan dari nenek moyang turun temurun. Sebenarnya nenek moyang saya mencampur sekian persen tembaga dan sekian persen timah putih, lebih bagusnya ditambah emas lagi satu, tapi itu tidak banyak. Kalau 1 kilogram, paling 2 miligram campuran emasnya, sehingga kualitas lebih bagus,” paparnya.

Tak hanya itu, proses tahapan pembuatan gamelan Bali asal Desa Tihingan, Klungkung memakan waktu yang tidak singkat.

Disebutkan, untuk satu barung hingga membuat gangsa-gangsanya itu, seperti jegogan, juplak dan pengenter itu yang diproses dengan api perlu 3 orang. Jika diluar api dengan membersihkan gamelan juga perlu 3 orang. Sementara waktu pembuatan memakai cobekan periuk dengan ada lambe itu perlu 6 orang.

“Proses pembuatan satu barung hingga tempatnya bisa 4 bulan. Jika sudah selesai, lalu didiamkan supaya kadar airnya itu keluar,” jelasnya.

Menariknya, diperlukan dewase atau hari baik dalam proses tahapan pembuatan gamelan Bali. “Itu dicari dewase Was, Manis, supaya tidak ada ingkel,” tegasnya.

Terkait pemasaran, Gede Swandiyasa menyebutkan tak hanya seluruh Bali, gamelan Bali dari Desa Tihingan juga dipasarkan ke seluruh Nusantara sampai keluar negeri, seperti Thailand, Cina hingga Amerika Serikat.

“Jenis gamelan yang diminati mancanegara adalah gong dan kempulnya itu yang laku dipakai musik di Amerika Serikat, Spanyol . Kalau di Cina itu malah gong kebyar yang laku dipakai tari-tarian dan blaganjur,” tambahnya.

Meski demikian, kendala dalam pembuatan gamelan Bali terletak pada bahan baku dari semua campuran, baik tembaga dan timah putih dengan bahan baku 300 kg. Jika ada tambahan bahan baku bisa campurannya seberat 350 kg.

“Untuk satu barung kelas bagusnya harga disini sebesar Rp 400 juta jenis gamelan gong kebyar. Kalau blaganjur seharga Rp 110 juta,” pungkasnya.

Patut diketahui, IMEX 2024 dibuka secara resmi di Candi Bentar Museum Puri Lukisan Ubud, Kamis malam, 9 Mei 2024 lalu.

Perhelatan IMEX 2024 itu sendiri digelar oleh Direktorat Perfilman, Musik dan Media Baru, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI. Tujuannya adalah memperkenalkan produk musik Nusantara ke pasar dunia, dengan mengundang para pelaku serta buyer produk musik dari seluruh benua di dunia.

Sementara, perhelatan IMEX 2024 merupakan tahun kedua bekerjasama dengan WOMEX sebagai Lembaga Pemasaran World Music terbesar di dunia, yang berpusat di Eropa. (ace).

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button