BangliBeritaDaerahEkonomiLingkungan Hidup

ASKRINDO dan PNM Dorong Kopi Kintamani Tembus Pasar Dunia

Jbm.co.id-BANGLI | ASKRINDO atau Asuransi Kredit Indonesia dan PNM atau Permodalan Nasional Madani berkolaborasi agar Kopi Kintamani didorong menembus pasar dunia.

Dua entitas Kementerian BUMN ini juga meminta dukungan UMKM untuk terus didorong, agar menjadi landasan ekonomi nasional. Hal tersebut merupakan upaya pemerintah dalam meningkatkan daya saing UMKM.

Sekretaris Perusahaan PT ASKRINDO Cahyo Hari Purwanto menyampaikan, ASKRINDO dan PNM berkolaborasi memberikan dukungan sarana dan prasarana sekaligus pendampingan kepada kelompok usaha tani kopi di Desa Catur, Kintamani.

Advertisement

Untuk kopi Kintamani di daerah Desa Catur diakui sebagai bantuan pertama kali yang diberikan ASKRINDO berupa Mesin Roasting dan juga Mesin Huller sebagai pengupas kulit cangkang kopi. Proses selanjutnya, kopi dikeringkan dan dipisahkan dengan Mesin Sortase. Pasalnya, dari sisi Capasity Building, pihaknya dari ASKRINDO bekerjasama dengan PNM untuk meningkatkan petani kopi Kintamani menjadi lebih sejahtera.

“Awalnya, kami targetkan satu kampung itu, tapi laporan yang masuk katanya baru 10 petani, terakhir malah sudah 22 petani. Itu berarti ada lahan 22 hektar. Jika itu digabungkan, maka daya saing dan harganya pasti akan berbeda jika hanya seorang petani,” ungkapnya.

Foto: ASKRINDO atau Asuransi Kredit Indonesia dan PNM atau Permodalan Nasional Madani berkolaborasi agar Kopi Kintamani didorong menembus pasar dunia, saat Media Gathering di Desa Catur, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Kamis, 22 Pebruari 2024.

Dikatakan, sebenarnya dukungan ini merupakan program dari duet entitas Kementerian BUMN ini yang sifatnya sebagai Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL) kepada masyarakat, khususnya para petani kopi di Desa Catur, Kintamani.

“Ketika berbicara komitmen, kami memang besar terhadap segmen-segmen yang harus kami tumbuh kembangkan ke seluruh Indonesia. Selain disini, kami juga punya binaan di Padang serta beberapa tempat lainnya,” kata Hari Purwanto, saat acara Media Gathering di Desa Catur, Kintamani, Kabupaten Bangli, Kamis, 22 Pebruari 2024

Khusus petani kopi di Desa Catur Kintamani ini, lanjutnya tantangannya adalah setelah menanam kopi, untuk mengolah kopi. Namun, sayangnya, petani kopi tidak punya keahlian dan alat memadai, sehingga mereka melalui satu tempat lainnya yang disebut Roaster.

“Roaster ini tentunya mempunyai cost tersendiri, sehingga mau tak mau harganya tentunya ditekan. Begitu juga di marketing, sehingga keuntungan petani kopi hanya 10 persen, yang banyak malah di barista hingga 60 persen. Jadi, ini ada sesuatu yang harus di-clear-kan disana,” paparnya.

Hal itu berarti, dengan keuntungan hanya 10 persen diharapkan petani kopi bisa memotong cost di beberapa tempat agar bisa lebih sejahtera.

Tak hanya itu, kopi Kintamani juga harus bisa meningkatkan daya saing di level nasional dan internasional, lantaran persaingan kopi di dunia sangat kuat dan ketat. Bahkan, hampir semua kafe atau kedai kopi besar itu sudah memiliki jalur dari hulu ke hilir.

“Seingat saya, kalau tidak salah, Indonesia itu nomor dua sebagai penghasil kopi di dunia. Jadi, kalau ngomong kopi, Indonesia termasuk yang luar biasa,” tambahnya.

Namun, jika berbicara tentang pengolahan kopi hingga marketing itu, kopi Indonesia masih perlu ditingkatkan. Untuk itu, dilakukan berbagai upaya pengembangan usaha kopi, khususnya kopi Kintamani.

Mengingat, petani kopi Kintamani di Desa Catur ini sudah memiliki lahan perkebunan kopi Arabika, yang prosesnya dimulai dari menanam kopi yang keuntungan hanya 10 persen.

Setelah itu, prosesnya mengolah kopi yang seharusnya dilakukan secara efisien.

Ilmu paling basic biasanya, seolah-olah itu perang disisi price atau harga. Padahal didalam marketing itu ada beberapa faktor-faktor. Itu pay khan bisa. Jadi, kompetitif di harga dan kualitas. Coba itu bisa ditekan hal itu, terus disisi pengolahan, jika tidak punya alat akan berbeda dampak cost-nya,” jelasnya.

Oleh karena itu, jika dihitung per kilogram, harga kopi roasting punya angka tersendiri. Namun, jika punya alat tersendiri, faktor tersebut bisa ditekan lagi.

“Begitu juga disisi marketing, pengemasan dan sebagainya itu tentunya lebih efisien yang tidak melalui tangan orang lain, sehingga sangat banyak bisa ditekan,” tambahnya.

Sementara itu, EVP Pengembangan dan Jasa Manajemen PNM Razaq Manan Ahmad mengatakan, pihaknya dari PNM bersinergi dengan ASKRINDO memberikan dampak positif dan pemberdayaan bagi para petani kopi Kintamani.

“Jika PNM membuat pemberdayaan dan pelatihan petani kopi. Kemudian, ASKRINDO mampu menyediakan sarana dan prasarana, itulah yang kami lakukan saat ini,” kata Razaq Manan Ahmad.

Kedepannya, Razaq Manan Ahmad berharap tidak hanya berhenti di satu subak, tapi bisa dikembangkan hingga 100 subak di Bali ini, jika memang potensial bagus bisa dikolaborasikan lebih lanjut.

“Harapan dari penyaluran TJSL ini sebagai bukti, BUMN itu tidak hanya mencari keuntungan bagi perusahaan itu sendiri, tapi juga diberikan kepada masyarakat, khususnya para petani kopi Kintamani,” paparnya.

Pada kesempatan sama, Sesepuh Petani Kopi Arabika Langit Bali, Gusti Ngurah Rupa menyampaikan, bahwa awalnya mereka melakukan penanaman kopi. Pada tahun 1999, barulah petani kopi Kintamani diajarkan ilmu budidaya kopi oleh para pemerhati kopi.

“Hal itu baru di hulu masih belum tahu apa yang membawa kesejahteraan. Lalu, kami ikuti proses akhirnya terbiasa berkebun, memangkas dan panen bagus. Sebelumnya, kami hanya pikirkan kuantitas, kemudian tahun 2002 ditingkatkan ke kualitas,” paparnya.

Seiring perjalanan waktu dengan dibantu berbagai pihak, para petani kopi Kintamani memahami cara memaksimalkan kopi hingga ke hilir, dimulai dari budidaya kopi, pasca panen, produksi, roast Bean, bubuk kopi hingga kopi jadi sudah dipahami masing-masing caranya.

“Jadi, kini harga kopi bisa tembus 200 ribu per kilogram, gelondong merah 150 ribu per kilo green been,” ungkapnya.

Disisi lain, salah satu pengurus Kelompok Tani sekaligus Subak Abian Desa Catur Kintamani, Made Sukayana mengatakan, pihaknya memiliki 8 subak di Desa Catur Kintamani yang masing-masing terdiri dari 50 orang petani. Mengingat, kopi berpotensi besar meningkatkan kesejahteraan, pihaknya berkeinginan mempertahankan budaya leluhur untuk kembali bertani.

“Sebelumnya, saya keluar desa melalang buana. Pada akhirnya di tahun 2016, saya putuskan pulang kampung untuk membangun usaha kopi dengan teman-teman melalui kelompok tani. Ayo kita maju bersama membangun desa,” tegasnya.

Melalui program dari ASKRINDO dan PNM, pihaknya merasa terbantu dengan adanya pendampingan dan bantuan sarana prasarana usaha kopi yang tentunya memberikan semangat baru buat para petani kopi untuk meningkatkan kuantitas dan juga kualitas produk kopi Kintamani.

“Dari dulu kami sebagai petani selalu ditekan oleh tengkulak dan para pemain diatasnya, produk kami selalu diolok-olok dan tidak bagus sehingga harganya tidak layak dinilai dengan harga yang bagus. Namun, dengan adanya bantuan dari ASKRINDO dan PNM ini kami bisa buktikan, bahwa produk kami itu layak bersaing di pasaran, baik nasional bahkan tembus pasar dunia,” pungkasnya. (ace).

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button