Memaknai Hari Ibu
2 min read
Catatan : Nyoman Sarjana
WWW.JBM.CO.ID-
Kasih ibu kepada beta, tak terhingga sepanjang masa, hanya memberi tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia
Lagu tersebut sangat menyentak qolbu kita, betapa pengorbanan seorang ibu adalah pengorbanan tanpa batas, sejak kita dilahirkan, hingga kita berangkat dewasa.
Dari seorang ibu pulalah, sejak kita masih kanak-kanak diajarkan bagaimana memaknai dan menjalani kehidupan dengan benar, agar kita tidak sesat dalam menjalani hidup ini.
Untuk memuliakan betapa luhurnya peran seorang ibu, sering kita jumpai beberapa masyarakat memperingati hari ibu dengan memberi sesuatu yang istimewa dengan membebaskan ibu dari segala aktifitas rumah tangga seperti memasak, bersih- bersih, dan perannya diganti oleh suami atau anak anaknya.
Sedangkan ibu hanya duduk, leyeh-leyeh nonton TV, main Tictok
atau apa saja yang disukai ibu, yang penting satu hari itu ibu nyaman.
Bahkan, dalam momentum hari ibu pula ada yang memberi seabrek kado, nonton, atau makan-makan di luar.
Hal tersebut tidaklah salah, karena selama ini sistem yang membentuk kita untuk berpikir seperti itu tanpa bertanya mengapa atau bagaimana sejarahnya.
Mengutip dari situs Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, kenapa selalu diperingati setiap tanggal 22 Desember, karena sejarah hari ibu berawal dari pergerakan perempuan Indonesia yang mengadakan Kongres Perempuan Pertama, pada tanggal 22 Desember 1928 di Yogyakarta.
Dalam Kongres tersebut, tema sentral yang diangkat adalah memperjuangkan hak perempuan dalam perkawinan, melawan perkawinan dini, poligami dan pendidikan perempuan.
Dan kemudian pada Kongres Perempuan ke tiga di Bandung, tahun 1938, Pemerintah menetapkan pada tanggal 22 Desember, dimana sebagai tonggak kebangkitan perempuan sebagai Hari Ibu.
Dan penetapan Hari Ibu 22 Desember sebagai hari nasional tersebut, melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 316 Tahun 1959.
Melalui momentum Hari Ibu pula, perempuan Indonesia mempunyai akses dan memiliki kesempatan yang sama dengan laki laki untuk memperoleh sumber daya, seperti akses dalam ekonomi, politik sosial, budaya dan sebagainya.
Hari ibu memiliki makna sejarah perjuangan pergerakan perempuan dan bukan sekedar satu hari dimana anak-anak memberi setangkai bunga dan hadiah hadiah lainnya.
Namun lebih dari itu, ibu menjadi kebangkitan kaum perempuan dalam menggalang persatuan dan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam perjuangan bangsa Indonesia. (Red/Tim/Jbm)
*Pengamat kebijakan Publik, tinggal di Bali*